Minggu, 08 Juni 2014

Filsafat Sejarah Zaman Modern



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Lahirnya filsafat sejarah menurut peneliti modern, karena kecendrungan manusia yang terkenal sebagai “hewan sejarah” , manusia sejak zaman kuno tidak henti-hentinya mengamati peristiwa sejarah yang ada dan terjadi disekitarnya. Mereka juga merenungkan maknanya, mencari suatu hubungan yang bisa menguraikan geraknya dari segi faktor-faktor yang membangkitkannya dan dari akibat-akibat yang dihasilkannya. Istilah filsafat sejarah itu sendiri sebenarnya, bukan berarti pengalihan dari penggabungan dua arti secara etimologis, yaitu kata filsafat dan sejarah. Tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai pembahasan suatu disiplin ilmu, yang memiliki wawasan pembahasan, metode, paradigma dan perspektifnya sendiri. Seperti dikutip oleh Misri A. Muchsin, menurut W. H. Wals dalam bukunya “An Introduction to Philosophy of History” misalnya, mendefinisikan filsafat sejarah sebagai suatu kajian yang mendalam mengenai sejarah, sehingga dapat diketahui segala yang berkaitan dengan sejarah tersebut. Sedangkan menurut Hegel menyebutkan filsafat sejarah berpangkal pada abstraksi-abstraksi yang menuju pada kenyataan historis yang konkret. Sementara Jacob Burckhat memaknakan filsafat sejarah semacam “mahluk banci” yang mampu memadukan diantara hal-hal yang dapat dipersatukan.
Dalam sejarah perkembangannya, filsafat sejarah di Barat mengalami perkembangan yang menakjubkan. Perkembangan itu ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir besar di bidang ini, antara lain; ST Augustinus (1354-1430), terkenal dengan paham Sejarah Teologis; August Comte (1798-1854), dengan Positivisme Hukum Tiga Tahapnya; Herbert Spencer (1820-1903), dengan Teori Evolusi- disamping yang dikembangkan Darwin; Oswald Spengler (1880-1936), terkenal dengan teori Daur Kultur Sejarahnya, yaitu masa timbul, tumbuh, mekar, menua dan hancur; G. W. F Hegel (1770-1831), terkenal dengan Filsafat Sejarah Spekulatif, Filsafah Sejarah Formal dan Material; Karl Marx (1818-1883), dengan matrealisme historisnya; dan Arnold J. Toynbee (1889-1975), dengan teorinya tentang Tantangan dan Jawaban (challenge and respone) atau yang terkenal dengan Hukum Kebudayaan atau pada Hakekatnya disebut Hukum Sejarah.
Namun untuk memperdalam mengenai pemikiran dan pandangan para tokoh mengenai filsafat sejarah zaman modern, ada beberapa  pandangan para tokoh yang perlu diketahui lebih dalam lagi. Untuk memahami pandangan dan pemikiran mereka mengenai filsafat sejarah perlu dilakukan kajian lebih mendalam terutama mengenai gerak filsafat sejarahnya. Filsafat Sejarah terbagi menjadi dua, yakni filsafat sejarah spekulatif dan filsafat sejarah analitik. Untuk yang pertama dikenal sebagai filsafat sejarah spekulatif, yang memiliki dasar pertanyaan tentang: “awal, akhir, dan yang menggerakkan sejarah?”. Selanjutnya yang kedua mendasarkan pertanyaan kepada: “apakah sejarah itu, dan untuk apa sejarah itu?”. Artinya, mempersoalkan sejarah sebagai suatu disiplin ilmu, didalamnya terdapat metodologi, metode sejarah, dan nilai-nilai keilmiahan lainnya.
Memperhatikan hal demikian, filsafat sejarah, baik itu spekulatih maupun analitik, harus ditempatkan sebagaimana mestinya. Setidaknya ada tiga hal penting menyangkut hal ini, yaitu filsafat sejarah dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai sesuatu yang sangat mendasar dari segi sejarah atau dengan kata lain mencoba dari segi intelektual menjawab pertanyaan: “apakah makna hidup ini?”. Kedua, menegaskan keterkaitan antara masa sekarang dengan masa lalu, segi kontinuitas ini adalah usaha mempertahankan identitas manusia. Terakhir, ketiga, dalam gejolak atau ketidakpastian, filsafat sejarah menjadi pegangan sebagai sebuah kunci keyakinan. Ini semua merupakan kolaborasi antara filsafat sejarah spekulatif yang cenderung menduga-duga, dan analitik yang ilmiah. Filsafat sejarah analitis dapat dibedakan dengan filsafat sejarah, namun kedua-duanya berjalan secara beriringan, dan saling mempengaruhi.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1   Bagaimanakah Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Zaman Modern ?
1.2.2   Siapa Sajakah Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah Jaman Modern ?
1.2.3   Bagaimanakah Pemikiran dan Pandangan Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah Zaman Modern?

1.3  Tujuan Pembahasan
1.3.1   Menanalisis Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Zaman Modern.
1.3.2   Mengetahui Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah Jaman Modern.
1.3.3   Menganalisis Pemikiran dan Pandangan Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah Zaman Modern.






















BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Pandangan dan Pemikiran Filsafat Sejarah Zaman Modern
Menurut Prof. Sartono Kartodirdjo filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna suatu proses pristiwa sejarah. Manusia tidak puas dengan pengetahuan sejarah, dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah. Dicarinya hubungan antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya. (Sartono Kartodirdjo 1990: 79-79).
Periode Renaissance, Reformasi dan Rasionalisme merupakan peralihan kearah jaman modern. Tiga aliran inilah yang memberikan wajah baru pada kehidupan Eropa Barat. Dalam abad XIX pemisahan antara abad pertengahan masih sangat jelas dan tajam. Renaissance, Reformasi, jatuhnya konstatinopel, penemuan-penemuan geografis, pendapatan seni letak buku, semuanya terjadi  didalam pertengahan abad XV dan dasawarsa pertama abad XVI.
2.1.1 Renaissance
Kebudayaan modern lebih bersifat sekuler dari pada kebudayaan abad pertengahan. Sebelum tahun 1400 di barat hanya ada satu gereja, yaitu gereja Khatolik-Roma, tetapi sesudah tahun 1700 terdapat ratusan sekte dan masih tak terhitung lagi banyaknya perkumpulan yang mempunyai arah kerohanian. Kebudayaan Renaissance berkembang di Italia, karena perdagangan pelajar setelah perang salib mengalami kemajuan pesat. Renaissance dianggap sebagai masa peralihan dari abad pertengahan kejaman modern dan dengan demikian ia memiliki unsur-unsur dari kebudayaan kuno maupun kebudayaan baru.
Lambat laun nilai kristiani abad pertengahan mulai kehilangan arti, ide-ide tradisional abad pertengahan tak lagi memberi kepuasan. Kepercayaan kepada Tuhan tak lagi memberi garis arah pada pandangan hidup manusia. Aturan-aturan moral lama tak lagi dihormati dan oring tak segan-segan untuk merebut kekuasaan dengan jalan khianat dan kekejaman. oleh karenanya kesenian dan ilmu pengetahuan maju dengan sangat pesatnya.

2.1.2 Reformasi
Latar belakang ekonomis dari masa Reformasi adalah peralihan dari rumah tangga alam ke kapitalisme dagang, dan karena penemuan-penemuan besar yang mengakibatakan meluasnya perdagangan dan pelajaran. Pedagang kaya memegang monopoli dan pengusaha bank yang kaya dengan tepat memperoleh banyak kekuasaan politik karena pinjaman-pinjaman yang tidak sedikit. Munculnya nasionalisme akibat kemunduran gereja romawi menjelang akhir abad pertengahan maka protentatisme dari Luther, Calvijn dan Zwingli dapat berkumandang di barat. Protentatisme semula tak menghendaki pembaharuan gereja, melainkan ingin kembali seperti oaring-orang Kristen pertama pada masa permulaan. Protentatisme merupakan revolusi menentang kekuasaaan gereja, menentang kepausan dan hierarchi gereja. Orang menolak perantara dari pada imam maupun organisasi buatan manusia dan ingin langsung berhubungan dengan Tuhan. Ajaran Calvin juga didasarkan atas keselamatan yang disebabkan karena terpilihnya seorang oleh Tuhan. Ia mencoba mendirikan perkumpulan suci dari para pemeluk, yang pengurusnya di pegang oleh para kaum awam. Kaum yang menghendaki pemurnian beranggapan adalah sesuatu yang sungguh baik dan bersifat illahi.
Reformasi di Inggris berakar pada kepentingan politik dan ekonomi yang memainkan peranan terpenting ajaran dan upacara-upacara pada mulanya sama dengan gereja khatolik. Semasa skisma itu persoalannya ialah untuk memperbesar kekuasaan raja dan mengurangi pengaruh gereja. Lambat laun ide protestan itu merembet ke inggris, terutama dikalangan para pedagang, dan baru diantara para rohaniawan. Dengan demikian berlalulah masa kesatuan Kristen di Eropa, monopoli golongan rohaniawan telah retak dan kekuasaan politik maupun rohaniawan roma menjadi patah. Protestan sejak itu tak lagi mendapatkan daerah-daerah baru yang penting. Selanjutnya meluasnya pandangan sejarah ilmiah. Maka orang mulai menerima beragam kepercayaan agama. Oleh karena reaksi terhadap Reformasi kebetulan bertepatan waktunya dengan dominasi spanyol, maka protantisme diidentifikasikan dengan nasionalisme, yang muncul untuk menentang absolutisme politik dan kegerejaan  dari Gereja Roma.
2.1.3 Rasionalisme
Kemakmuran dalam abad XVI dan XVII merupakan dasar yang kuat bagi peradaban umunya. Ilmu pengetahuan, filsafat dan kesusasteraan menyongsong masa keemasannya.  Usaha ilmu pengetahuan dengan hasilnya yang mengagumkan menyebabkan suatu perubahan menyeluruh dan berarti suatu kemajuan material yang abru semenjak masa-masa Mesir dan Mesopotamia. Dengan penelitian yang tekun maka jiwa rasionalisme akan dapat menembus dunia kebendaan. Ia tak mau menggunakan hal-hal diatas kodrat sebagi dasar sebagai dasar untuk menerangkan benda-benda ataupun sebagai patokan. Dengan demikian ia memutuskan hubungan dengan tradisi Kristiani dan kekuasaan gereja maupun klerikal.

2.2 Tokoh-Tokoh Filsafat Jaman Modern
Renaissance, Nasionalisme dan Rasionalisme inilah yang memunculkan tokoh-tokoh jaman modern, namun dalam hal ini ada beberapa tokoh yang akan di bahas dalam makalah ini agar kita lebih mengerti mengenai pemikiran dan pandangan filsafat sejarah jaman modern. Berikut adalah tokoh-tokoh yang terkenal pada zaman modern:
2.2.1 VICO (akhir abad ke 17 dan permulaan abad ke 18)
Vico adalah seorang filsuf sejarah dan sosial yang hidup di Italia pada akhir abad ke 17 dan permulaan abad ke 18. Menurut Vico, sejarah kemanusiaan bisa diletakkan di bawah interpretasi ilmiah yang teliti. Ia dalam karyanya The New Science, berupaya menguraikan sebab-sebab terjadinya kultural yang menimpa masyarakat manusia. Ahli lain berpendapat bahwa teori yang dikemukakan oleh Vico tidak jelas dan menimbulkan keraguan. Ia juga menyatakan bahwa tidak semua pendapat Vico merupakan hasil pengujian yang gamblang dan banyak di antara pendapatnya itu yang diuraikan oleh pemikiran dan pendapat yang ditimpa dari Perjanjian Lama, dan tidak lepas dari fanatisme keagamaan. Meskipun banyak kritikan terhadap pendapat Vico dalam penilaian banyak ahli, Vico tetap dipandang sebagai bapak sejarah. Ia dipandang sebagai salah seorang pengasas kajian historis pada zaman modern. Dapat dikatakan pula bahwa dedikasinya terhadap sejarah sebanding dengan dedikasi Bacon terhadap metode penelitian fisika dan dedikasi Auguste Comte terhadap sosiologi.
2.2.2 G.W.H. HEGEL (1770-1831).
Semua tulisan George Wilhelm Friederich Hegel mencerminkan minat pokoknya pada sejarah. Dalam pengantar Elements of the Philosophy of Right misalnya, Hegel mengatakan:
“Ketika filsafat melukiskan warna kelabu pada mendung, maka sebentuk kehidupan menua, dan dengan warna kelabu pada mendung ia tidak mengizinkan dirinya untuk memudakan kembali, namun hanya untuk memahaminya. Burung Hantu Minerva mulai terbang menjelang malam (Marnie Hughes-Warrington, 2008:260)”.
Tokoh Filsafat Dialektika George Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Wurttemberg. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya antara lain F. H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx, dan yang menentangnya antara lain, Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling. Dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali memperkenalkan gagasan dalam filsafat, bahwa Sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain dalam proses pencapaian kesadaran diri. Hegel dilahirkan di Stuttgart pada 27 Agustus 1770. Di masa kecilnya, ia suka membaca literatur, surat kabar, esai filsafat, dan tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca,disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif dan aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya.
Keluarga Hegel adalah sebuah keluarga kelas menengah yang mapan di Stuttgart. Ayahnya seorang pegawai negeri dalam administrasi pemerintahan di Wurttemberg. Hegel adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia enam tahun. Hubungannya dengan kakak perempuannya, Christiane, sangat erat, dan tetap akrab sepanjang hidupnya. Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).
2.2.3 KARL MARX (1818-1880)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman, pada 5 Mei 1818. Dia memulai studi hukum di Universitas Bonn pada tahun 1835, namun kemudian pindah ke Universitas Berlim setahun setelahnya atas perintah bapaknya. Di Berlin dia mengalihkan minatnya dari bidang hukum ke filsafat dan sangat terpengaruh oleh ide-ide Hegel dan para penafsirnya, seperti Bruno Bauer dan Ludwig Fuerbach. Marx dianugerahi gelar doktor lantaran disertasinya tentang perbedaan-perbedaan antara ide-ide Demokritus dan Epicurus pada tahun 1841. Namun, karena tidak bisa menjadi dosen, Marx menjadi wartawan untuk mencari nafkah.
Awalnya, Marx menulis dan mengedit Rheinische Zeitung, sebuah koran liberal demokrat, namun setelah koran ini dibredel oleh pemerintah Prussia pada tahun 1843 dia pindah ke Paris untuk menulis buat Deutsch-Franzosische Jahrucher. Di Paris, Marx menjelajahi ide-ide ekonomi, politik, sejarah, dan filsafat serta mulai bersahabat dengan Friedrich Engels, anak seorang pengusaha tekstil kaya, yang juga tertarik dengan filsafat Hegel. Marx dan Engels menulis The Holy Family, Selected Writings, telaah kritis terhadap filsafat Bauer, sebelum Marx dan keluarganya dipaksa pindah dari Berlin ke Brussels.
2.2.4 SPENGLER
Oswald Spengler merupakan seorang tokoh filsuf  penganut teori daur kultural.spengler mengemukakan suatu konsepsi yang berbeda tentang gerak sejarah dan interpretasi khusus tentang pertumbuhan dan kehancuran dan kebudayaan. Konsepsi tersebut diuraikan Spengler dalam karyanya The Decline of the West. Teori Spengler banyak mendapat kritikan dari sejarawan Barat. Selain itu, banyak serawan yang mengecam karyanya berdasarkan sebab- seab ilmiah lainnya dan menyatakan mengandug berbagai kekeliruan historis yang besar. Oswald Spengler wafat pada tahun 1936.


2.2.5 ARNOLD JOSEPH TOYNBEE
Arnold Joseph Toynbee lahir pada 14 April 1889 di London. Toynbee adalah anak dari Henry Valpy Toynbee, seorang pengimpor teh yang beralih menjadi pekerja sosial, dan Sarah Edith Marshall, sarjana unofficial di bidang sejrah dari Universitas Cambridge. Semasa kecil, Toynbee dididik oleh ibunya dan seorang guru privat perempuan. Kemudian dia meneruskan ke Wotton Court di Kent dan Winchester College. Dia cemerlang dalam studinya, dan mendapatkan beasiswa untuk disiplin sastra Yunani dan Romawi Kuno ke Balliol College, Oxford. Ketika menggeluti sastra Yunani dan Romawi kuno, Toynbee berambisi menjadi sejarawan besar.
Setelah menamatkan studinya pada tahun 1912, Toynbee menjelajahi situs-situs sejarah di Yunani dan Itali. Meskipun Toynbee menikmati perjalanannya, namun dia harus memperpendek kunjungannya untuk mengobati disentrinya. Setelah keluar dari rumah sakit dia mulai bekerja sebagai tutor sejarah kuno di Baliol. Dia mulai menulis sebuah buku tentang sejarah Yunani dari masa prasejarah sampai masa Bizantium, namun sebelum buku tersebut selesai dia terganggu oleh peristiwa yang terjadi di masanya, seperti Perang Balkan pada 1912 dan 1913.
Pada tahun 1915, Toynbee menerima tawaran bekerja di unit propaganda pemerintah yang baru berdiri di London. Di situ dia bekerja dengan Lord Bryce untuk menarik perhatian internasional terhadap pembantaian orang-orang Armenia oleh orang-orang Turki. Toynbee bersusah payah mencari data yang bisa dipercaya, namun lantas bermasalah dengan laporan-laporan dia dan Bryce yang berat sebelah. Bryce dan Toynbee lantas diminta untuk menyelidiki laporan-laporan tentang kekejaman Jerman pada pihak lain. Pada bulan Mei 1917, Toynbee kembali bertugas di Political Intelligen Departemet, yang didirikan untuk merancang kebijakan luar negeri Inggris selama fase akhir perang dan pada konferensi damai Versailles. Pernikahan pertamanya adalah dengan Rosalind Murray, putri dari Gilbert Murray, pada tahun 1913. Mereka memiliki tiga anak laki-laki, di antaranya Philip Toynbee adalah yang kedua. Mereka bercerai pada tahun 1946.
2.2.6 CHARLES DARWIN
Caharle Darwin Lahir pada tanggal 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris. Charles Darwin pada umur enam belas tahun masuk Universitas Edinburg belajar kedokteran. Tak lama kemudian dia pindah ke Cambridge belajar unsur administrasi perkantoran. Pada tahun 1856 Darwin menerbitkan sebarisan buku-buku yang mengangkatnya menjadi seorang biolog kenamaan di Inggris. Terhitung sejak tahun 1837 Darwin yakin betul bahwa binatang dan tetumbuhan tidaklah bersifat tetap, tetapi mengalami perubahan dalam perjalanan sejarah geologi. Pada saat itu dia belum sadar apa yang menjadi sebab-musabab terjadinya evolusi itu. Di tahun 1838 dia baca esai "Tentang prinsip-prinsip kependudukan" Thomas Malthus. Buku Malthus ini menyuguhkannya fakta-fakta yang mendorongnya lebih yakin adanya seleksi alamiah lewat kompetisi untuk mempertahankan kehidupan. Bahkan sesudah Darwin berhasil merumuskan prinsip-prinsip seleksi alamiahnya, dia tidak tergesa-gesa mencetak dan menerbitkannya. Dia sadar, teorinya akan mengundang tantangan-tantangan. Karena itu, dia memerlukan waktu lama dengan hati-hati menyusun bukti-bukti.
Garis besar teorinya ditulisnya tahun 1842 dan pada tahun 1844 dia mulai menyusun bukunya yang panjang lebar. Di bulan Juni 1858, tatkala Darwin masih sedang menambah-nambah dan menyempurnakan buku karya besarnya, dia menerima naskah dari Alfred Russel Wallace (seorang naturalis Inggris yang waktu itu berada di Timur) menggariskan teorinya sendiri tentang evolusi. Buku Darwin The Origin of Species terbit pada tahun berikutnya, menimbulkan kegemparan. Memang kenyataannya mungkin tak pernah ada diterbitkan buku ilmu pengetahuan yang begitu tersebar luas dan begitu jadi bahan perbincangan yang begitu hangat, baik di lingkungan para ilmuwan maupun awam seperti terjadi pada buku On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Strugle for Life. Saling adu argumen tetap seru di tahun 1871 tatkala Darwin menerbitkan The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. Buku ini, mengedepankan gagasan bahwa manusia berasal dari makhluk sejenis monyet.

2.2.7 PITIRIM ALEXANDROVICH SOROKIN
Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di Rusia pada 21 Januari 1889. Beliau adalah seorang akademis dan aktivis politik di Rusia, ia beremigrasi dari Rusia ke Amerika Serikat pada tahun 1923. Ia mendirikan Departemen Sosiologi di Universitas Harvard. Ia terkenal untuk sumbangannya kepada teori siklus sosial. Pitirim menempuh pendidikan di Universitas St Petersburg setelah itu ia mengajar pada bidang sosiologi dan hukum. Sorokin dipenjarakan tiga kali oleh rezim tsar Rusia Kekaisaran; selama Revolusi Rusia ia adalah seorang anggota dari Alexander Kerensky ‘s Pemerintahan Sementara Rusia. Setelah Revolusi Oktober dia terlibat dalam kegiatan anti-Komunis, yang kemudian ia dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Komunis yang menang pada saat itu. Namun ia berhasil lari ke pengasingan dan bebas dari hukuman. Pada 1923 ia beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap secara tetap pada tahun 1930. Sorokin adalah profesor sosiologi di University of Minnesota (1924-1930) dan di Universitas Harvard (1930-1955), di mana ia mendirikan Departemen Sosiologi.
Tulisannya mencakup luasnya sosiologi; yang kontroversial teori proses sosial dan tipologi historis budaya yang diuraikan dalam Dinamika Sosial dan Budaya dan banyak karya lain. Dia juga tertarik pada stratifikasi sosial, yang sejarah teori sosiologis, dan perilaku altruistik. Sorokin adalah penulis buku seperti Krisis usia kita dan Power dan moralitas, tetapi magnum opus adalah Dinamika Sosial dan Budaya (1937-1941). Teori lazimnya memberikan kontribusi kepada teori siklus social dan terinspirasi banyak sosiolog.

2.3 Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Spekulatif Tokoh Jaman Modern
Setelah mengetahui biografi para tokoh jaman modern, untuk selanjutnya yang perlu di bahas adalah mengenai pemikiran dan penadangan mereka tentang filsafat sejarah spekulatif dan menyimpulkan hasil pemikiran dan pandangan mereka. Berikut adalah beberapa pemikiran dan pandangan filsafat sejarah menurut tokoh pada zaman modern:

2.3.1 Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Vico
Dalam bukunya The New Science berupaya mnguraikan sebab- sebab terjadinya perubahan kultural yang menimpa masyarakat manusia. Vico menyimpulkan bahwa masyarakat manusia melalui fase-fase pertumbuhan, perkmbangan dan kehancuran. Selain itu Vico berpendapat bahwa masyarakat manusia melalui berbagai lingkaran kultural, beralih dari kehidupan Barbar ke kehidupan berbudaya atas tuntutan illahi yang memelihara wujud. Akan tetapi ciri yang mewarnai teori Vico ini adalah keyakinanya bahwa berbagai aspek kebudayaan suatu masyarakat dalam fase manapun dalam sejarahnya membentuk pola-pola sama yang saling berkaitan satu sama lainnya secara substansi dan essensial. Jadi, apabila dalam suatu masyarakat berkembang suatu aliran seni atau keagamaan tertentu, berkembang pula bersamanya pola-pola tertentu dari sistem politik, ekonomi, hukum, pikiran dan sebagainya. Aliran Vico tentang daur kebudayaan ini pun ditegakkan di atas hubungan internal di berbagai pola budaya yang berkembang dalam masyarakat. Sebab, ia menjadikan daur-daur kulturalnya satu sama lainnya saling melimpahi dan selalu memiliki perulangan. Akan tetapi perulangan itu tidak berarti bahwa sejarah mengulang dirinya sendiri. Menurut Vico, sejarah berputar dalam gerakan spiral yang mendaki dan selalu memperbaiki diri. Pembaharuan diri terus menerus dari gerak sejarah ilmiah yang menjadi ciri teori Vico yang membedakannya teori-teori tentang daur kultural sejarah sebelumnya. Sehingga teori ini mempunyai dampak yang jelas bagi para filsuf sejarah setelahnya seperti Herder, Hegel dan Karl Mark.
Masyarakat manusia menurut Vico bergerak melalui fase-fase perkembangan tertentu yang berakhir dengan kemunduran atau berbarisme dan selanjutnya dimulai lagi fase yang awal hingga seterusnya. Dalam wawasan historis Vico, ide kemajuan adalah substansi, meskipun kemajuan ini tidak berjalan lurus ke depan. Tetapi bergerak dalam lingkaran-lingkaran historis yang satu sama lainnya saling melimpahi. Atas dasar itu, Vico membagi sejarah kemanusiaan menjadi tiga fase yang saling berkesinambungan. Yaitu fase teologis, fase herois, dan fase humanistis.
Dalam fase teologis, Vico menyebutnya dengan masa Ketuhanan. Masa ini bermula pada saat suatu bangsa mulai meningalkan secara bertahap kehidupan primitif sebelumnya, untuk masuk pada masa ketuhanan. Dengan ditandai masa berkembangnya barbagai Khurafat dan rasa takut terhadap fenomena alam ang dipandang sebgai teofani kehendak Illahi. Selain itu, masa ini juga ditandai dengan didominasinya roh baik dan roh jahat yang menentukan nasib manusia. Dengan demikian, kehidupan masyarakat pada fase ini pembangkitan rasa takut akan amarah Tuhan yang terefleksikan dalam kemarahan alam merupakan satu-satunya untuk mengendalikan perlawanan-perlawanan individu –individu dan melaksanakan hukum.
Kemudian fase  herois atau masa Kepahlawanan. Bermula ketika masyarakat ketuhanan bersatu dan masuk pada kesatuan yang lebih besar guna menghadapi dunia luar. Pada fase ini watak manusia begitu didominasi cinta kepada kepahlawanan dan pemujaan kekuatan, agama, sastra, dan filsafat. Pada era ini kekuasaan beralih kepada pendeta dan tokoh agama kepada panglima perang dan ksatria. Dengan demikian hukum menjadi kekuatan yang berlaku dan kekuatan bersenjata yang menentukan kebenaran.
Fase Humanistis diwarnai dengan demokrasi, pengakuan kesamaan manusia, dan keruntuhan sistem otoriter.  Ia adalah masa rasional yang memercayai manusia dan berusaha untuk menguasai alam yang fenomena-fenomenanya dipandang erat kaitannya dengan amarah dan keridaan Tuhan. Masa ini menurut Vico terkandung benih kehancuran dan keruntuhan. Sebab, demokrasi dan pernyataan persamaan anggota masyarakat mendorong rakyat awam untuk mempunyai sikap yang ekstrem dalam menuntut hak-hak mereka secara bertahap mereka peroleh. Akibatnya, terjadi disentregrasi dan kerusushan yang merupakan pertanda berakhirnya daur kebudayaan seluruhnya. Apabila suatu masyarakat telah memasuki kondisi disentregrasi sulitlah untuk melakukan perbaikan internal dan tiak ada yang tinggal., kecuali ekspansi asing dari luar atau disentregrasi sosial total dari dalam, yang setelahnya masyarakat kembali ke kehidupan  barbar guna memulai daur kultur yang baru. Setelah itu melalui pola yang sama secara bertahap masyarakat itu beranjak dari masa ke Tuhanan ke masa Kepahlawanan, kemudian masa humanistis yang membuatnya kembali kepada masa kehidupan barbar kembali. Kondisi tersebut berlaku secara terus menerus. Pembagian Vico atas perkembangan tiga fase kesadaran manusia tersebut merupakan penyerderhanaan terhadap realitas sejarah.
2.3.2 Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Hegel (1770-1831)
Pandangan sejarahnya bertolak dari thesis, bahwa akal adalah asas dunia , dunia di kuasai olehnya sehingga kenyataan bisa menjadi masuk akal dan masuk akal pula berlakunya sejarah. Akalalh yang bekerja di dalam dan di balik nafsu, maupun kepentingan-kepentingan manusia. Manusia berfikir dan berusaha mencapai tujuannya., namun secara tidak sadar dan tidak dikehendaki mereka memenuhi suatu tujuan umum, yaitu: perwujudan ide. Untuk memahami kenyataan dan proses historis perlu menggunakan metode dialektis. Realisasi diri dari sebuah ide menjadi tiga skema yakni: thesis, antithesis dan synthesis. Bagi Hegel tugas utama filsafat adalah memahami kenyataan sebagaimana adanya. Dia berkeyakinan bahwa kebenaran secara menyeluruh atau bagian-bagian dari kebenaran dapat ditelaah melalui penalaran yang wajar serta dimengerti.
Dalam bukunya Philosphy of Right, negara dan masyarakat sipil ditempatkan dalam kerangka dialektika itu yaitu keluarga sebagai tesis, masyarakat sipil sebagai antitesis dan negara sebagai sintesis. Dialektika itu bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama akan adanya kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta berhasil mempersatukan kehendak. Konsekuensinya, barang atau harta benda yang semula milik dari masing-masing individu menjadi milik bersama. Akan tetapi, keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu (anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk dalam kelompok individu-individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil Society). Individu-individu dalam masyarakat sipil ini mencari penghidupannya sendiri-sendiri dan mengejar tujuan hidupnya sendiri-sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga yang bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif. Meskipun logika pemikiran Hegel nampak bersifat linear, namun Hegel tidak bermaksud demikian.
Hegel memaksudkan bahwa dalam kerangka dialektika antara tesis, antitesis dan sintesis.  Dalam kerangka teori dialektikanya ini, Hegel menempatkan masyarakat sipil di antara keluarga dan negara. Dengan kata lain, masyarakat sipil terpisah dari keluarga dan dari negara. Masyarakat sipil bagi Hegel digambarkan sebagai masyarakat pasca Revolusi Perancis yaitu masyarakat yang telah diwarnai dengan kebebasan, terbebas dari belenggu feodalisme. Dalam penggambaran Hegel ini, Civil Society adalah sebuah bentuk masyarakat dimana orang-orang di dalamnya bisa memilih hidup apa saja yang mereka suka dan memenuhi keinginan mereka sejauh mereka mampu. Negara tidak memaksakan jenis kehidupan tertentu kepada anggota Civil Society seperti yang terjadi dalam masyarakat feudal karena negara dan Civil Society terpisahkan. Masyarakat sipil adalah masyarakat yang terikat pada hukum. Hukum diperlukan karena anggota masyarakat sipil memiliki kebebasan, rasio dan menjalin relasi satu sama lain dengan sesama anggota masyarakat sipil itu sendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka. Hukum merupakan pengarah kebebasan dan rasionalitas manusia dalam hubungan dengan sesama anggota masyarakat sipil. Tindakan yang melukai anggota masyarakat sipil merupakan tindakan yang tidak rasional.
 Hegel menyatakan bahwa yang sejati adalah rasional dan kemudian menerangkan tentang dialektika yang membawa ruh kepada titik absolut, maka kita kemudian akan di bawa pada pemahaman hakekat sejarah. Sejarah bagi Hegel dapat dipahami sebagai proses dialektika ruh. Filsafat sejarah Hegel merupakan perwujudan atau pengejewantahan dari ide universal menuju pada absolutisme dengan menjelaskan semua yang terjadi sebagai proses.
Bagi Hegel, sejarah berlaku pada kelompok bukan dalam individu. Searah berkaitan dengan jiwa manusia dan seluruh budayanya bukan dengan Ilmu dan tekhnologi seperti yang di jelaskan oleh para pemikir pencerahan. Hegel mengangap sejarah tidakah bergerak secara lurus terhadap kemajuan, namun ia bergerak secara dialektis melalui jalan melingkar. Dalam The Philosophy of History Hegel mengatakan bahwa Esensi dari ruh adalah kebebasan, maka kebebasan adalah tujuan dari sejarah. Sejarah baginya merupakan gerak kearah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar. Hegel kemudian merumuskan perkembangan historis ruh, yang terbagi dalam tiga tahap: Pertama, Timur. Kedua, Yunani dan Romawi dan Ketiga, Jerman.
Pada fase pertama kita akan temui bahwa yang bebas hanyalah satu orang, seperti yang kita lihat dalam monarki Cina dan Timur Tengah , lalu sejarah bergerak pada masa Yunani Kuno dan Romawi dimana yang bebas menjadi beberapa orang sebab masih ada pembedaan antara tuan dan budak maka bentuk yang sempurna adalah Jerman dimana yang bebas adalah semuanya Pemikiran Hegel mengarahkan kita pada pemahaman bahwa sejarah merupakan pergerakan penuh tujuan atas cita-cita Tuhan untuk kemanusiaan. Hegel pun memahami bahwa sejarah memang merupakan meja pembantaian dimana kesengsaraan, kematian , ketidakadilan dan kejahatan menjadi bagian dari panggung dunia. Namun Filsafat sejarah merupakan teodisi atau usaha untuk membenarkan tuhan dan mensucikan tuhan data tuduhan bahwa tuhan membiarkan kejahatan berkuasa di dunia. Dia menunjukkan anggapan yang salah tentang sejarah di sebabkan karena merekan hanya melihat permukaanya saja, tetapi mereka tidak melihat aspek Laten serta potensial dalam sejarah yaitu jiwa absolut dan esensi jiwa yaitu kebebasan.
2.3.3 Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Karl Marx (1818-1883)
Setelah Hegel meninggal, terjadi banyak perdebatan mengenai idenya tentang 'Pikiran'. Bagi para 'Hegelian Muda' di Universitas Berlin, 'Pikiran' bisa dipandang sebagai sebuah istilah kolektif untuk seluruh pikiran manusia. Dalam pandangan seperti ini, tulisan-tulisan Hegel menjadi sebuah catatan tentang manusia yang membebaskan dirinya dari ilusi-ilusi yang menghalangi kesadaran diri, persatuan, dan kebebasan. Tujuan sejarah oleh karena itu adalah pembebasan manusia.
Marx beranggapan bahwa keprihatinan terhadap manusia bernama kemisnkinan. Kelas buruh yang tanpa kepemilikan, atau dia menyebut mereka 'proletar', tak memiliki pamrih apa-apa dan tak bisa meraih apa-apa. Perkataannya yang kemudian menjadi semboyan banyak kaum revolusioner abad XX adalah: Kaum proletar tak punya pamrih apa-apa selain pertalian mereka, dan mereka hanya punya sepatah kata untuk menang.  Namun Marx tak hanya menyalin kata-kata Hegel ke dalam istilah-istilah ekonomi. Marx memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap sejarah:
Hegel berangkat dari filsafat, sedangkan Marx berangkat dari pengalaman manusia. Kondisi material kehidupan menentukan bentuk kesadaran manusia dan masyarakat, ketimbang sebaliknya. Ide ini, yang membentuk konsepsi sejarah yang materialistis, dijelaskan secara lebih rinci dalam pengantar A Critique of Political Economy: Dalam proses produksi yang dijalankan manusia, mereka masuk ke dalam relasi-relasi definitif tak terelakkan dan di luar kehendak mereka; relasi-relasi produksi ini sejalan dengan tahap perkembangan definitif kekuatan-kekuatan produksi material mereka. Total hitungan relasi-relasi produksi ini menentukan struktur ekonomi masyarakat –podasi real, di atasnya berdiri superstruktur hukum dan politik dan dengannya pula bentuk-bentuk definitif kesadaran masyarakat berkesusuaian. Mode produksi kehidupan material menentukan karakter umum proses-proses kehidupan politik, sosial, dan spiritual. Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensi mereka, namun sebalinya, eksistensi sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka. Pada taraf tertentu perkembangan manusia kekuatan-kekuatan produksi material dalam masyarakat bersitegang dengan relasi-relasi produksi yang ada atau --lebih pas buat dikatakan—dengan relasi-relasi kepemilikan di dalamnya mereka telah bekerja sebelumnya. Melewati tahap demi tahap perkembangan kekuatan produksi relasi-relasi ini akhirnya berubah menjadi belenggu-belenggu. Kemudian datang masa revolusi masyarakat (Selected Writings, hlm. 389).
Di sini Marx membagi masyarakat ke dalam tiga begian. Pertama, 'Kekuatan-kekuatan produksi', yang terdiri dari mesin-mesin, bahan-bahan mentah, dan keterampilan-keterampilan yang dijalankan orang demi menghidupi diri mereka. Kedua, kekuatan-kekuatan produksi memunculkan 'relasi-relasi produksi'. Ketiga, relasi-relasi ini menentukan 'struktur ekonomi masyarakat', dan struktur ini, pada gilirannya membentuk 'superstruktur' atau lembaga-lembaga hukum dan politik sebuah masyarakat dan cara-cara di mana anggota-anggota masyarakat tersebut memahami diri mereka dan relasi-relasi mereka. Oleh karena itu untuk memahami lembaga, hukum, seni, dan moralitas sebuah masyarakat dan perubahan-perubahan yang dialami oleh masyarakat tersebut, penting untuk memahami bentuk dan karakter kekuatan-kekuatan dan relasi-relasi produksinya.
Pandangan materialis sejarah adalah teori Karl Marx tentang hukum perkembangan masyarakat. Inti pandangan ini ialah bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya, institusi-institusi sosial, terutama negara, dan bentuk-bentuk kesadaran sosial merupakan bangunan atas. Oleh karena faktor penentu adalah basis, maka harus memperhatikan dahulu bidang ekonomi. Ciri yang menurut Marx paling menentukan bagi semua bentuk ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan antara para pemilik dan pekerja. Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain berdasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi yaitu kelas-kelas pemilik dan kelas-kelas pekerja. Disini kelas pemilik begitu berkuasa. Misalnya para pemilik tanah mengontrol para buruh tani. Itu berarti bahwa para pemilik dapat menghisap tenaga kerja para pekerja. Kelas-kelas pemilik merupakan kelas-kelas atas dan kelas-kelas pekerja merupakan kelas-kelas bawah dalam masyarakat. Jadi menurut Marx ciri khas semua pola masyarakat sampai sekarang ialah, bahwa masyarakat dibagi ke dalam kelas-kelas atas dan bawah. Struktur ekonomi tersusun sedemikian rupa hingga yang pertama ( pemilik ) dapat hidup dari penghisapan tenaga kerja yang kedua ( pekerja ).
Bangunan atas mencerminkan keadaan itu. Negara adalah alat kelas-kelas atas untuk menjamin kedudukan mereka sedangkan “bangunan atas idealis” istilah Marxis bagi agama, filsafat, pandangan-pandangan moral, hukum, estetis dan lain sebagainya berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan kekuasaan itu. Jadi Marx menolak paham bahwa negara mewakili kepentingan seluruh masyarakat. Negara dikuasai oleh dan berpihak pada kelas-kelas atas, meskipun kadang-kadang juga menguntungkan kelas-kelas bawah. Walaupun negara mengatakan ia adalah milik semua golongan dan bahwa kebijaksanaannya demi kepentingan seluruh masyarakat namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas atas ekonomis. Maka negara menurut Marx termasuk lawan kelas-kelas bawah. Negara bukan milik dan bukan kepentingan mereka. Dari negara mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang baik. Seperti halnya negara, begitu pula agama, filsafat, pandangan tentang norma-norma moral dan hukum dan sebagainya menurut Marx tidak mempunyai kebenaran pada dirinya sendiri, melainkan hanya berfungsi untuk melegitimasikan kepentingan kedudukan kelas atas.
2.3.4 Pemikiran dan Pandangan Filsafar Sejarah Spengeler
Karya Spengler yang brpengaruh adalah Der Untergang des Abendlandes (Decline of the west ) atau keruntuhan dunia barat/ eropa. Spengler meramalkan keruntuhan Eropa yang didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil Spengler adalah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum. Hukum itu tampak pada siklus:
No
Alam
Manusia
Tumbuhan
Hari
Kebudayaan
1.
Musim semi
Masa pemuda
Masa pertumbuhan
Pagi
Pertumbuhan
2.
Musim panas
Masa dewasa
Masa berkembang
Siang
Perkembangan
3.
Musim rontok
Masa puncak
Masa berbuah
Sore
Kejayaan
4.
Musim dingin
Masa tua
Masa rontok
Malam
Keruntuhan
 Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya. Itulah keharusan alam yang mesti terjadi. Seperti halnya historical materialism, paham Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh apabila sudah meleawti puncak kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat diramalkan terlebih dahulu menurut perhitungaan. Suatu kebudayaan mendekati keruntuhan apabila apabila kultur sudah mendekati civilization ( kebudayaan sudah tidak dapat tumbuh lagi). Apabila kultur sudah kehilangan jiwanya , daya cipta dan gerak sejarak akan membeku. Gerak sejarah tidak bertujuan apapun, kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan .
Spengler mengemukakan suatu konsepsi yang berbeda tentang gerak sejarah dan interpretasi khusus tentang pertumbuhan dan kehancuran kebudayaan. Teori Spengler didasarkan pada konsepsi biologi gerak sejarah yang sepenuhnya bertentangan dengan ide daur kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Vico. Menurut Spengler, kebudayaan merupakan makhluk organis alamiah yang timbul, tumbuh, mekar, dan menua sehingga tertimpa kehancuran. Pertama-tama Spengler menyerukan dilancarkannya revolusi Copernicean dalam pengkajian sejarah yang meluruskan para sejarawan Eropa yang berpandangan bahwa kebudayaan mereka merupakan kutub tetap bagi semua kebudayaan dan menjadi ukuran bagi kebudayaan-kebudayaan lain. Karena setiap kebudayaan merupakan makhluk mandiri yang sepenuhnya terlepas dari kebudayaan lainnya dan tidak ada jalan bagi setiap kebudayaan untuk berhubunga dengan kebudayaan lainnya, setiap kebudayaan dalam kedudukannya sebagai makhluk organis dan wujud yang hakiki, tetap kesatuan yang menutup diri.
Atas dasar itu, Spengler menyatakan atas perlunya pengkajian setiap kebudayaan dalam kedudukannya sebagai kesatuan yang mandiri atau lingkaran tertutup. Teori baru ini diungkapkan Spengler ketika ia memutuskan untuk melakukakan sekali lagi apa yang telah dilakukan Copernicus sebelumnya. Ini dilakukannya dengan pernyataannya atas nama ruang yang tidak terbatas, bahwa semangat Barat dalam hal yang berkenaan dengan alam sejak lama telah melakukan revolusi demikian, ketika Barat telah meninggalkan sistem kosmos menurut teori Ptolemean dan menganut sistem kosmos yang diterima sekarang. Di sinilah Spengler mulai berpendapat ia harus melepaskan dirinya  dari ide-ide pembagian sejarah menjadi tiga periode, yaitu sejarah zaman kuno, sejarah zaman abad pertengahan, dan sejarah zaman modern. Menurutnya pembagian itu begitu mendominasi pikiran sejarawan Barat yang berpendapat bahwa kawasan Eropa merupakan pusat real umat manusia karena ia merupakan kawasan unik yang dipilih di atas bola bumi tanpa sebab yang jelas, kecuali karena bangsa-bangsa Eropa tinggal di kawasan bangsa itu. Dan pembagian sejarah ini disebut Spengler dengan metode Ptolomean.
Kritik revolusioner atas metode-metode penelitian sejarah yang selama ini menimbulkan akibat-akibat lain, yang dipandang perlu dan benar oleh Spengler diantaranya adalah tinjauan objektif atas sejarah memerlukan pengkajian atas kebudayaan-kebudayaan yang tidak melibatkan diri dalam kebohongan yanag tidak terhormat dalam membahas sumber-sumbernya dan dampak luar atas pertumbuhan dan perkembangannya. Dia juga berpendapat bahwa sejarawan yang menyatakan adanya hubungan antara kebudayaan, yaitu antara hubungan sebab akibat telah melakukan kekeliruan. Sebab, mereka memasukkan ide pengaruh dan keterpengaruhan, padahal keserupaan yang ia lihat pada sebagian citra dan kondisi antara satu kebudayaan dan kebudayaan lainnya hanyalah keserupaan dalam manifestasi luarnya saja. Karena kebudayaan baru tersebut tidak mampu mengembangkan pola-pola khasnya, sehingga terhalanglah perkembangan kesadarannya terhadap dirinya sendiri.
Segala sesuatu yang timbul dari relung-relung semangatnya yang masih lemah ini dengan cepat terjerumus ke dalam pola-pola kososng yang ditinggalkan oleh kebudayaan lama yang sebenarnya asing baginya. Itulah kritik keras terhadap metode penelitian historis yang berkembang pada abad ke 18 dan ke 19. Sedangkan kisah kebudayaan menurut Spengler adalah kisah yang tiada hentinya. Pada masa depan akan ada kebudayaan-kebudayaan yang tidak terhitung jumlahnya. Pengkajian atas komposisi kebudayaan, menurut Spengler adalah pengkajian atas pola jenis kehidupan dan ritme historisnya. Sebab kebudayaan menurut Spengler adalah kebangkitan spritual suatu kelompok manusia yang dihubungkan oleh konsepsi yang dekat dengan wujud dan hal ini terefleksikan dalam berbagai kegiatan mereka, baik dalam seni, filsafat, politik, ekonomi maupun perang.
Menurut Spengler, lahirnya kebudayaan terjadi pada saat jiwa yang besar bangkit dan terpisah dari kondisi spiritualitas pertama  masa anak-anak manusia yang abadi dan ia tumbuh dalam lahan lingkungan yang sepenuhya bisa dibatasi dan teta terikat dengannya. Dengan lahirnya kebudayaan baru, anarki mutlak yang sebelumnya begitu dominan berubh menjadi tunduk pada kehendak sisten kreatif yang mendorong penciptaan dalam berbagai bidang kultural. Vitalitas kreatifitas dalam kebudayaan  itu akan berlangsung sampai ia memasuki periode tua setelah melalui periode remaja dan periode muda. Barulah sudah periode penciptaan kulturalnya dan masuklah ia pada periode pencitarasaan materil dan tinjauan intelektual. Dengan demikian, kebudayaan berubah menjadi peradaban yang rasio mendominasi manifestasi-manifestasi pemikiran segala sesuatu tunduk pada logika sebab-akibat, mekanisme murni yang menjadi lebih dominan, dan kreativitas artistis dan filosofis menjadi sirna. Kemudian yang tinggal hanyalah kehancuran.
Dengan demikian, pandangan Spengler tentang sejarah tampak seakan akan gerak perkembangan dan disentegrasi alamiah yang menimpa kebudayaan-kebudayaan. Teori Spengler banyak mendapat kritikan sejarawan barat, khususnya yang berkenaan mengenai ramalannya atas runtuhnya Barat dan kebudayaan Barat setelah ia kehilangan vitalitasnya akibat materialisme dan mekanisme yang mendominasi. Selain itu, banyak sejarawan yang mengecam karyanya berdasarkan sebab-sebab ilmiah lainnya dan menyatakannya mengundang berbagai kekeliruan historis yang besar. Dalam kenyataannya, kajian tentang kebudayaan oleh Spengler ini didasarkan pada wawasan spritual tentang gerak sejarah yang hampir merupakan fakta seperti dalam halnya fakta dalam dunia puisi.
2.3.5 Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Arnold Joseph Toynbee
Arnold menilai bahwa perdaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan kematian. Kemudian akan melahirkan peradaban baru, dan begitu seterusnya. Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa perubahan terjadi secara bertahap, namun setelah sampai pada tahap terakhir yang sempurna, akan kembali lagi ke tahap awal untuk melakuan perubahan selanjutnya.  Prinsip utama teori siklus adalah bahwa perubahan sosial diawali dari kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Setelah itu masyarakat akan memulai tahap kelahiran kembali. Bagi Toynbee, peradaban adalah unit nyata dari sejarah. Yang disebut kebudayaan (civilization) oleh Toynbee adalah wujud kehidupan suatu golongan seluruhnya. Menurut Toynbee, gerak sejarah berjalan menurut tingkatan seperti berikut:
1.      Genesis of civilizations
Genesis of civilizations, yaitu lahirnya peradaban. Bagaimana peradaban lahir? Apa yang menyebabkan sebagian masyarakat (seperti masyarakat primitif) menjadi statik sejak tahap awal keberadaannya, sedangkan masyarakat lain mencapai taraf peradaban? Jawaban Toynbee, kelahiran sebuah peradaban tidak berakar pada faktor ras atau lingkungan geografis, tetapi bergantung pada dua kombinasi kondisi, yaitu adanya minoritas kratif dan lingkungan yang sesuai. Lingkungan sesuai ini tidak sangat menguntungkan juga tidak sangat tidak menguntungkan. Mekanisme kelahiran sebuah peradaban berdasarkan kondisi-kondisi ini terformulasi dalam proses saling mempengaruhi dari tantangan dan tanggapan (challenge and response). Lingkungan menantang masyarakat melalui minoritas kreatifnya menanggapi dengan sukses tantangan itu. Solusi yang diberikan minoritas kreatif ini kemudian diikuti oleh mayoritas. Proses ini disebut mimesis. Tantangan baru kemudian muncul, diikuti oleh tanggapan yang sukses kembali. Proses bergerak terus dan gerak tertentu membawanya kepada tingkat peradaban. Apa bentuk tantangan-tantangan  atau rangsangan lingkungan yang melahirkan peradaban ini? hard country, new ground karena migrasi misalnya, perang, tekanan (pressures, kompetisi antar masyarakat, hukuman (penalization, hukuman sosial).
2.    Growth of civilization
Growth of civilization, yaitu perkembangan peradaban. Bagaimana perdaban tumbuh dan berkembang? Dalam pemikiran Toynbee, pertumbuhan peradaban tidak diukur dari ekspansi geografis masyarakatnya. Dari aspek hubungan intrasosial dan antar individu, pertumbuhan adalah tanggapan tak kenal henti dari minoritas kreatif terhadap tantangan-tantangan lingkungan yang ada.
3.    Decline of civilization
Decline of civilization, yaitu keruntuhan peradaban. Bagaimana peradaban jatuh, terdisintegrasi, dan hancur? Peradaban yang jatuh kemudian hancur adalah kenyataan sejarah. Tetapi kejatuhan atau kehancuran peradaban bukan karena faktor geografis atau penyerbuan dari luar. Juga bukan karena kemunduran teknik dan teknologi. Karena kemunduran peradaban adalah sebab, sedang kemunduran teknik adalah konsekuensi atau gejala. Pembeda utama massa pertumbuhan dan masa disintegrasi adalah pada masa pertumbuhan peradaban sukses memberikan respon terhadap tantangan sedangkan pada masa disintegrasi peradaban gagal memberi respon yang tepat. Toynbee menegaskan bahwa peradaban tuntuh karena buhuh diri (sosial), bukan karana pembunuhan (sosial).
2.3.6 Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Charles Darwin
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafatfilsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke19. Seperti telah disebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Akan tetapi, akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini , memunculkan "teori evolusi" dipertengahan abad ke19.
Khayalan Darwin Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini, adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin. Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S.Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenisjenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paruh burungburung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan".
Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apapun, tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individuindividu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik , akan menurunkan sifatsifat mereka kepada generasi berikutnya.
Sifat
sifat yang menguntungkan ini lamakelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. (Asal usul "sifatsifat yang menguntungkan" ini belum diketahui pada waktu itu.
Menurut Darwin,manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini "evolusi melalui seleksi alam". Ia mengira telah menemukan "asal usul spesies" :suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species By Means of Natural Selection pada tahun 1859. Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada bab "Difficulties of the Theory". Kesulitan- kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organorgan rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuanpenemuan baru, tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk sebagian kesulitan tersebut.
Seorang ahli fisika Amerika , Lipson , mengomentari "kesulitankesulitan" Darwin tersebut. Ketika membaca The Origin of Species, Lipson mendapati bahwa Darwin sendiri tidak seyakin yang sering dikatakan orang tentangnya bab "Difficulties of the Theory" misalnya, menunjukkan keraguraguannya yang cukup besar. Sebagai seorang fisikawan, Lipson secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya mengenai bagaimana mata terbentuk:
1. Saat menyusun teorinya, Darwin terkesan oleh para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang ahli biologi Perancis, Lamarck.
2. Menurut Lamarck, makhluk hidup mewariskan ciriciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh, jerapah berevolusi dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan itu terjadi dengan memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang "pewarisan sifatsifat yang diperoleh "sebagai faktor yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Sejak abad ke6, para ahli sudah mencoba mengemukakan pendapatnya tentang alam.
Perkembangan teori Darwin tentang pengetahuan evolusi telah berkembang menjadi suatu cabang ilmu tersendiri. Tokoh evolusi pertama yang pendapatnya tentang evolusi diterima oleh dunia pengetahuan alam adalah Charles Robert Darwin, pendapat beliau tercantum dalam buku yang diberinya judul “On The Origin of The Species by Means of natural selection“. Di dalam buku ini termuat ajaran Darwin mengenai pokok–pokok evolusi yaitu:
1. Bahwa makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari makhluk pada masa silam
2. Evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Darwin mengemukakan pendapatnya dengan menyertakan bukti–bukti dan alas an yang menunjang pendapatnya. Teori penciptaan pertama kali timbul dikalangan Kristen literalis yang tidak dapat menerima evolusi karena dianggap pertentangan dengan narasi kisah penciptaan tujuh hari pada kitab kejadian dalam perjanjian lama, namun belakangan muncul juga dikalangan islam misalnya penulis kenamaan dari turki yaitu Harun Yahya yang melakukan penolakan teori evolusi berdasarkan Al–Quran. Penyebab penolakan sebagian kalangan beragam atas disebabkan anggapan bahwa evolusi menghilangkan “peran tuhan” dalam penciptaan, atau bahkan. Kendati evolusi sebagai sains tidak bias ikut campur persoalan tindakan Tuhan, yang berada dalam ranah keimanan dan diluar sains.
Hingga saat ini banyak kalangan masih meragukan kebenaran teori evolusi Darwin, terutama mereka dari kalangan agama. Secara ilmiah teori Darwin belum runtuh, sebelum ditemukannya buktibukti empiris yang bertentangan dengan kesimpulan tersebut.
Tahun 1858, Darwin mengajukan dua teori pokok yaitu spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup sebelumnya,dan evolusi terjadi melalui alam. Perkembangan tentang teori evolusi memang sangat menark untuk diikuti. Darwin pun berpendapat bahwa berdasar polanya evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya bersifat divergen dan berdasar hasilnya sendiri selalu dimulai terbentuknya varian baru.Dalam perkembangannya teori evolusi Darwin mendapat tantangan (terutama dari golongan agama, dan penganut paham teori penciptaan Universal Creation), dengan berbagai dukungan dan pengkayaanpengkayaan. Jadi teori evolusi sendiri juga berevolusi, sehingga teori evolusi biologi yang dikenal dengan istilah Neo-Darwinian dan Modern Sintesis, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin. Berbagai istilah hasil pengkayaan menjadi cermin pergulatan pemikiran dan argumentasi ilmiah seputar teori evolusi ini. Dari sinipun dikenal berbagai istilah seperti berdasar kecepatan evolusi (evolusi quasi dan evolusi quantum), berdasar arah adaptasi (evolusi divergen dan evolusi konvergen), berdasar polanya (evolusi gradual, evolusi punctual, dan evolusi saltasi) dan berdasar skala produknya dikenal evolusi makro dan evolusi mikro.
Semenjak penerbitan buku Darwin “The Origin of Species”, evolusi mendapatkan banyak kritik dan menjadi tema yang controversial. Namun demikian,kontroversi ini pada umumnya berkisar dalam mimplikasi dari teori evolusi dibidang filsafat, social, dan agama. Di dalam komunitas ilmuan, teori evolusi telah di terima secara luas dan tidak mendapat tentangan seperti yang sudah diprediksi oleh Darwin,implikasi yang paling controversi adalah evolusi manusia. Banyak yang tidak menerima bahwa segala jenis makhluk hidup,termasuk menusia berasal dari prosesalam. Aliran yang sering dianggap berlawanan dengan teori evolusi adalah penciptaan yang mempercayai bahwa makhluk hidup dan segala jenisnya diciptakan oleh Tuhan secara terpisah, meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusi telah berakar sejak zaman aristoteles.
Namun demikian, Darwin adalah ilmuan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti. Sampai saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh meyoritas masyarakat sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskanteorievolusi. Para ilmuan dan intelektual berani mengungkap kekeliruan ilmiah teori evolusi Darwin, dan sebagai sisi gelap itu tidak hanya berlaku di amerika serikat. Seseorang penulis dari teori evolusi berdasarkan Al–Quran dan beliau juga mengemukakan kebenaran bahwa teori Darwin tidaklah ilmiah. Aliran yang sering dianggap berlawanan dengan teori evolusi adalah teori penciptaan,yang mempercayai secara terpisah (tidak ada kesamaan leluhur, atau bahwa satu jenis makhluk hidup tidak diturunkan dari makhluk hidup lain).
2.3.7 Pemikiran dan Pandangan Filsafat Sejarah Pitirim Alexsandrovich Sorokin
Sorokin mengemukakan teori yang berlainan, ia menerima teori siklus seperti hukum fatum ala Oswald Spengler dalam karya yang berpengaruhnya Der Untergang des Abendlandes (Decline of  the West) atau Keruntuhan Dunia Barat/Eropa. Spengler meramalkan keruntuhan Eropa yang didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan  dalam segalanya sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta. Persamaan itu berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum. Sorokin menilai gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori siklus. Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age, yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Ia menyatakan adanya cultural universal dan di dalam alam kebudayaan itu terdapat masyarakat dan aliran kebudayaan.
Di alam yang luas ini terdapat 3 tipe yang tertentu, yaitu pertama, sistem ideasional, yaitu kerohanian, keagamaan, ketuhanan, dan kepercayaan. Kedua yaitu, sistem inderawi, ysitu serba jasmaniah, mengenai keduniawian, dan berpusat pada pancaindera. Ketiga yaitu, sistem campuran, yaitu perpaduan dua sistem sebelumnya (idealistic). Teori kedua yang diungkapkan oleh Sorokin yaitu mengenai Intergrasi sosial dan budaya. Satu alasan yang memungkinkan martindale melihat Sorokin sebagai seorang organisis, dapat dilihat pada tekanan Sorokin pada pemahaman system sosio-budaya secara keseluruhan. Prespektif organis menekannkan kenyataan masyarakat yang independen dan tradisi-tradisi budayanya sebagai suatu system yang intregritas. Analisa Sorokin mengenai dinamika system-sistem sosio budaya yang terintregitas secara luas dalam empat karangan utamanya, Social and Culture Dynamic, sejalan dengan pendekatan ini. Alasan penting lainnya untuk melihat Sorokin sebagai seorang ahli teori organis tanpa asumsi-asumsi positivis adalah penolakan Sorokin untuk membatasi konsepnya mengenai kebenaran pada data empiris, sebaliknya dia menunjukkan suatu kerelaan untuk menerima suatu konsep mengenai kebenaran dan pengetahuan yang bersifat multidimensi, dengan data empiris memberikan sebagian pengetahuan. Sejalan dengan penekanan Sorokin pada arti-arti subyektif, hal itu memisahkan dia dari kelompok-kelompok positivis yang menekankan pada empiris sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang sah.
Sorokin sendiri menilai tidak tepat klasifikasi Martindale yang memasukkan pendekatannya kedalam suatu prespektif organis. Bukan mengasumsikan integrasi menyeluruh yang ditekankan Sorokin. Dia menekankan pentingnya mengetahui tingkat integrasi yang berbeda, dan mengkhususkan tingkat dimana aspek-aspek yang berbeda dalam kenyataan sosio-budaya itu dapat dikatakan terintegrasikan. Juga berbeda sekali dengan penekanan kelompok organis pada pola-pola pertumbuhan dan kemunduran yang tidak berubah yang dilalui system-sistem budaya. Sorokin menekankan tingkat variabilitas yang tinggi yang diperlihatkannya. Tema-tema budaya dasar mungkin terulang, tetapi  pengulangan itu menunjukkan pola-pola yang berubah. Setiap tahap sejarah masyarakat memperlihatkan beberapa unsur yang kembali berulang (artinya, pengulangan tahap yang terdahulu) dan ada beberapa daripadanya yang unik. Sorokin mengacu pada pola-pola perubahan budaya jangka panjang yang bersifat “berulang-berubah” (Varyingly Recurrent ).
Penekanan Sorokin pada berulangnya tema-tema dasar dimaksudkan untuk menolak gagasan bahwa perubahan sejarah dapat dilihat sebagai suatu proses linear yang meliputi gerak dalam satu arah saja dalam hal ini Sorokin berbeda dari Comte yang percaya akan kemajuan yang mantap dalam perkembangan intelektual manusia. Pendekatan Sorokin yang bersifat “integralis” itu memungkinkan dia untuk mengkritik dengan keras gagasan bahwa semua pengetahuan kita akhirnya berasal dari data empiris. Sebaliknya dia mengemukakan bahwa data empiris hanya memperlihatkan satu tipe kebenaran. Yakni kebenaran indrawi. Juga ada kebenaran akal budi dan yang ketiga adalah kebenaran kepercayaan atau intuisi,yang melampaui data indrawi dan rasionalitas.
Relevansi Teori Pitirim A Sorokin:
Dalam peranannya sebagai seorang sosiolog, Sorokin telah menyubang beberapa teori diantaranya yaitu teori tentang tipe tipe mentalitas budaya. Teori tersebut merupakan kunci untuk memahami sistem budaya yang terintergrasi, yaitu dengan menggunakan teori mentalitas budaya tersebut. Dalam teorinya, Sorokin menjelaskan ada tiga jenis mentalitas budaya yang pertama yaitu kebudayaan ideasional. Kebudayaan ideasional ini dapat diartikan sebagai dasar berpikir bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmaterial dan tidak dapat ditangkap dengan mata. Teori ini juga mengatakan bahwa dunia ini dilihat sebagai suatu ilusi, dan sementara atau dapat diartikan sebagai aspek kenyataan yang tidak sempurna dan tidak lengkap. Hal ini dapat kita lihat pada saat ini bahwa di zaman modern ini terdapat beberapa agama dan kepercayaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat, dan karena itu juga masyarakat juga masih mempercayai adanya tuhan walaupun individu maupun masyarakat manapun tidak dapat melihatnya. Dalam teori ini juga mengartikan bahwa, dunia yang kita tempati sekarang ini merupakan dunia yang abadi, melainkan dunia yang masih sementara, atau masih ada lagi dunia setelah ini yang lebih kita kenal dengan dunia akhirat. Dalam teori ini juga menjelaskan bahwa manusia harus menyeimbangkan antara kepentingan duniawi dengan kepentingan religious atau akhirat.
Teori selanjutnya yaitu teori kebudayaan inderawi, jika pada teori sebelumnya menganggap bahwa kita harus menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat, pada teori kebudayaan inderawi malah sebaliknya, kita harus lebih terorientasi pada kepentingan duniawi. Dalam teori ini dikatakan bahwa dunia materill yang kita alami dengan indera kita merupakan satu satunya kenyataan yang ada. Artinya, bahwa dunia yang kita tempait sekarang merupakan satu satunya tempat tinggal kita, dan tidak ada lagi dunia yang lainnya. kebudayaan inderawi deibagi menjadi tigaa bagian yaitu kebudayaan inderawi aktif, kebudayaan inderawi pasif, dan kebudayaan inderawi sinis. Kebudayaan inderawi aktif, mendorong usaha manusia untuk berusaha aktif dan giat untuk meningkatkan sebanyak mungkin pemenuhan kebutuhan materill dengan mengubah dunia fisik ini sedemikian, sehingga menghasilkan sumber sumber kepuasan dan kesenangan bersama.
Pada intinya teori ini menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan duniawi sangatlah penting daripada kebutuhan akhirat. Teori ini pada akhirnya mendasari pemikiran manusia terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada saat sekarang ini. Misalnya saja dapat kita lihat, jika pada zaman dahulu masih banyak hutan lebat di Indonesia, akan tetapi saat sekarang hutan hutan tersebut menghilang dan digantikan sebagai lahan pertanian maupun pemukiman, di sisi lain banyak bermunculan tambang tambang emas dan minyka bumi yang berada di wilayah Indonesia. Dalam kebudayaan inderawi pasif, menjelaskan bahwa masyarakat memiliki hasrat untuk mengalami kesenangan kesenangan hidup duniawi setinggi tingginya. Dalam arti, manusia mempunyai hasrat hedonisme seperti apa yang kita lami sekarang ini. Sedangakan kebudayaan kebudayaan sinis, manusia ditekankan pada aspek rasional atau pemikiran secara logika atau hanya mempercayai kenyataan yang ada. Pada dasarnya, teori ini memperlihatkan secara mendasar usaha manusia yang bersifat munafik untuk membenarkan pencapaian tujuan materialistis, misalnya kita dapat menganggap bahwa keberhasilan atau keberuntungan yang kita dapatkan selama ini merupakan hasil kerja keras kita dan bukan pemberian atau karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa manusia juga memiliki hasrat untuk tidak mempercayai adanya tuhan atau atheis. Dan teori terakhir yaitu teori kebudayaan campuran. Teori ini merupakan penegasan antara teori ideasional dan inderawi.                                                                                                                                 Tentunya jika kita menganalisis, terdapat persamaan antara teori mentalitas budaya Sorokin dengan teori jenjang tiga tahap milik auguste Comte. Pada dasarnya kedua terori ini memiliki gagasan dasar yang terkandung dalam pandangan dunia yang dominan atau gaya berpikir sebagai acuan untuk memahami kenyataaan sosial budaya di sekeliling kita, sedangkan perbedaannya, teori Comte tidak bersifat linier atau siklus. Teori Comte mengemkakan bhwa sejarah manusia menunjukkan kemajuan unlinier, yang didasarkan pada perkembangan ilmu, yang akan bergerak maju terus menerus ke masa depan. Dalam arti, bahwa salah satu fase dari tiga tahap tersebut tidak akan terulang kembali oleh manusia. Sedangkan pada pendapat sosrokin, ia menjelaskan bahwa pada dasarnya jenjang tiga tahap yang dikemukakan oleh Comte merupakan siklus yang akan berulang ulang dan akan dialami terus oleh manusia.


BAB 3. KESIMPULAN

3.1          Simpulan
Dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa:
Masyarakat manusia menurut Vico bergerak melalui fase-fase perkembangan tertentu yang berakhir dengan kemunduran atau berbarisme dan selanjutnya dimulai lagi fase yang awal hingga seterusnya. Dalam wawasan historis Vico, ide kemajuan adalah substansi, meskipun kemajuan ini tidak berjalan lurus ke depan. Tetapi bergerak dalam lingkaran-lingkaran historis yang satu sama lainnya saling melimpahi. Atas dasar itu, Vico membagi sejarah kemanusiaan menjadi tiga fase yang saling berkesinambungan. Yaitu fase teologis, fase herois, dan fase humanistis. Dalam fase teologis, Vico menyebutnya dengan masa Ketuhanan. Kemudian fase  herois atau masa Kepahlawanan.  Fase Humanistis diwarnai dengan demokrasi, pengakuan kesamaan manusia, dan keruntuhan sistem otoriter.
Hegel berpendapat bahwa pandangan sejarahnya bertolak dari thesis, bahwa akal adalah asas dunia , dunia di kuasai olehnya sehingga kenyataan bisa menjadi masuk akal dan masuk akal pula berlakunya sejarah. Akalalh yang bekerja di dalam dan di balik nafsu, maupun kepentingan-kepentingan manusia. Manusia berfikir dan berusaha mencapai tujuannya., namun secara tidak sadar dan tidak dikehendaki mereka memenuhi suatu tujuan umum, yaitu: perwujudan ide. Untuk memahami kenyataan dan proses historis perlu menggunakan metode dialektis. Realisasi diri dari sebuah ide menjadi tiga skema yakni: thesis, antithesis dan synthesis. Bagi Hegel tugas utama filsafat adalah memahami kenyataan sebagaimana adanya. Dia berkeyakinan bahwa kebenaran secara menyeluruh atau bagian-bagian dari kebenaran dapat ditelaah melalui penalaran yang wajar serta dimengerti. Hegel menyatakan bahwa yang sejati adalah rasional dan kemudian menerangkan tentang dialektika yang membawa ruh kepada titik absolut, maka kita kemudian akan di bawa pada pemahaman hakekat sejarah Bagi Hegel, sejarah berlaku pada kelompok bukan dalam individu.

Marx membagi masyarakat ke dalam tiga begian. Pertama, 'Kekuatan-kekuatan produksi'. Kedua, kekuatan-kekuatan produksi memunculkan 'relasi-relasi produksi'. Ketiga, relasi-relasi ini menentukan 'struktur ekonomi masyarakat', dan struktur ini, pada gilirannya membentuk 'superstruktur' atau lembaga-lembaga hukum dan politik sebuah masyarakat dan cara-cara di mana anggota-anggota masyarakat tersebut memahami diri mereka dan relasi-relasi mereka. Pandangan materialis sejarah adalah teori Karl Marx tentang hukum perkembangan masyarakat. Inti pandangan ini ialah bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya, institusi-institusi sosial, terutama negara, dan bentuk-bentuk kesadaran sosial merupakan bangunan atas.
Spengler mengemukakan suatu konsepsi yang berbeda tentang gerak sejarah dan interpretasi khusus tentang pertumbuhan dan kehancuran kebudayaan. Teori Spengler didasarkan pada konsepsi biologi gerak sejarah yang sepenuhnya bertentangan dengan ide daur kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Vico. Menurut Spengler, kebudayaan merupakan makhluk organis alamiah yang timbul, tumbuh, mekar, dan menua sehingga tertimpa kehancuran. Dengan demikian, pandangan Spengler tentang sejarah tampak seakan akan gerak perkembangan dan disentegrasi alamiah yang menimpa kebudayaan-kebudayaan.
Arnold menilai bahwa perdaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan kematian. Kemudian akan melahirkan peradaban baru, dan begitu seterusnya. Menurut Toynbee, gerak sejarah berjalan menurut tingkatan yaitu genesis of civilizations, growth of civilizations, dan decline of civilizations.
Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apapun, tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya (teori evolusi).

Sorokin mengemukakan teori yang berlainan, ia menerima teori siklus seperti hukum fatum. Di alam yang luas ini terdapat 3 tipe yang tertentu, yaitu pertama, sistem ideasional, yaitu kerohanian, keagamaan, ketuhanan, dan kepercayaan. Kedua yaitu, sistem inderawi, ysitu serba jasmaniah, mengenai keduniawian, dan berpusat pada pancaindera. Ketiga yaitu, sistem campuran, yaitu perpaduan dua sistem sebelumnya (idealistic).


DAFTAR PUSTAKA

Kartodirjo, Sartono. 1990. Ungkapan-Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hasbualla, Moeflih, dkk. 2012. Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia