Minggu, 08 Juni 2014

teori-teori dalam belajar dan pembelajaran

Teori-Teori dalam Belajar Dan Pembelajaran
Dari beberapa pernyataan yang telahdipaparkan ole para ahli pendidikan, saya dapa menyimpilkan bahwa;
1. Belajar merupakan proses usaha keasadaanr yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Sementara pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
2. Sementara yang dimaksud dengan teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang di dalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. adapu hal ini didasarkan pada pendapat dua orang ahli yaitu, McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4) yang mengatakn bahwa teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata, dan juga Hamzah (2003:26) yang menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang di dalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. oleh karena itulah disini saya menyimpulakan bahwasannya yang dimaksud dengan teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara tentang pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
3. Ada beberapa teori yang ada dalam teori belajar dan pembelajaran yakni, teori-teori klasik yang di dalamnya terdapat teori behaviouristik, teori pengkondisian klasik, dan teori gestalt. Ada juga teori-teori belajar proses yang di dalamnya terdapat teori belajar dari Skinner dan juga teori belajar dari Gagne. selain dua teori tersebut ada juga teori-teori kognitif yang terdiri atas pemrosesan informasi, metakognisi, dan juga sibernatik.
Dalam teori behaviouristik mengatakan bahwasannya belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Sementara teori pengkondisian klasik lebih menjelaskan kepada upaya untuk mengasosiasikan dan mengaitkan stimulus.
Dalam teori pengkondisian klasik ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon,yang harus dipahami yaitu Unconditioned Stimulus (US), Unconditoned respon (ER), Conditioned Stimulus (CS), dan Conditioned Respon (CR).
Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov makanan adalah US. Unconditioned Respon adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US, dalam eksperimen Pavlov air liur anjing yang merespon makanan adalah UR.
Conditioned Stimulus adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned respon setelah diasosiasi dengan US. Dalam espemen Pavlov beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan. Conditioned Respon adalah respon yang dipelajari yang muncul setelah terjadi pasangan US – CS.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema exsperimen Palvov berikut :
Sebelum Pengkondisian
US (makanan) >>>>>>>>>>>> UR (Keluar air liur)
CS (lonceng) >>>>> tak ada CR (air liur tidak keluar)
Selama Pengkondisian
CS(lonceng) + US (makanan)>>>>> UR (keluar air liur)
Setelah Pengkondisian
CS (lonceng) >>>>>>> CR (keluar air liur).
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov diperoleh kesimpulan berkenan dengan beberapa cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran (M. Asrori, 8:2008 dan Santrock, 270 : 2010) , yaitu :
a. Generalization (generalisasi)
Generalization adalah pengaruh dari stimulus yang baru untuk menghasilkan respon yang sama. Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat murid untuk ujian kimia dia juga akan menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling berkaitan. Jadi murid menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain.
b. Discrimination (diskriminasi)
Descrimination dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya. Dalam kasus murid yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa Indonesia atau sejarah karena kedua mata pelajaran tersebut jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi
c. Extinction (pelenyapan)
Suatu stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus tidak dikondisikan, lama kelamaan organisme tidak akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara bertahap terhapus. Murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik,dan kecemasannya mereda.
sementara dalam teori Gestalt lebih menekankan kepada proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Ahmad Sudrajat menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain, pengalaman tilikan, pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), Perilaku bertujuan (pusposive behavior), prinsip ruang hidup (life space), dan Transfer dalam Belajar.
Berbicara tentang teori belajar Skinner, inti teori adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010).
Sementara dalam teori Gagne, Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa belajar merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah laku merupakan hasil dari aspek kumulatif belajar.
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
  • Fase pengenalan (apprehending phase).
  • Fase perolehan (acqusition phase).
  • Fase penyimpanan (storage phase).
  • Fase pemanggilan (retrieval phase).
Adapun dalam teori-teori kognitif, terdapat teori pemrosesan informasi yang berbicara tentang bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Kemudian ada juga teori metakognisi, yakni suatu teori yang membicarakan tentang kemampuan individu berdiri di luar kepalanya dan berusaha merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. (M.Asrori, 20:2008). Dan yang terakhir yang terakhir  yakni teori sibernetik yang berpendapat bahwa yang lebih penting dalam proses belajar adalah sistem informasi yang diproses, karena informasi ini yang akan menentukan proses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar