Candi Jago
Pemaparan
Candi Jago
Candi Jago berasal dari
kata "Jajaghu", didirikan pada masa Kerajaan Singhasari pada abad ke-13. Berlokasi
di Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang, atau sekitar 22 km dari Kota Malang.
Candi ini cukup unik, karena bagian
atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar
petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra
dapat ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas
bahan batu andesit.
Pada candi inilah Adityawarman
kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang disebut pada Prasasti
Manjusri. Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan
nomor inventaris D. 214.
Struktur Candi
Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti
teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan
tinggi 9,97 m. Bangunan Candi Jago nampak sudah tidak utuh lagi; yang
tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi.
Badan candi disangga oleh tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan
badan candi terletak di bagian teras ke tiga. Atap dan sebagian badan candi
telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, namun ada dugaan bahwa
bentuk atap Candi Jago menyerupai Meru atau Pagoda.
Pada dinding luar kaki candi dipahatkan
relief-relief cerita Kresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna,
Anglingdharma, serta cerita fabel. Untuk mengikuti urutan cerita relief Candi
Jago kita berjalan mengelilingi candi searah putaran jarum jam (pradaksiana).
Pada sudut kiri candi (barat laut)
terlukis awal cerita binatang seperti halnya cerita Tantri. Cerita ini terdiri
dari beberapa panel. Sedangkan pada dinding depan candi terdapat fabel, yaitu
kura-kura. Ada dua kura-kura yang diterbangkan oleh seekor angsa dengan cara
kura-kura tadi menggigit setangkai kayu. Di tengah perjalanan kura-kura
ditertawakan oleh segerombolan serigala. Mereka mendengar dan kura-kura
membalas dengan kata-kata (berucap), sehingga terbukalah mulutnya. Ia terjatuh
karena terlepas dari gigitan kayunya. Kura-kura menjadi makanan serigala.
Maknanya kurang lebih memberikan nasihat, janganlah mundur dalam usaha atau
pekerjaan hanya karena hinaan orang.
Pada sudut timur laut terdapat
rangkaian cerita Buddha yang meriwayatkan Yaksa Kunjarakarna. Ia pergi kepada
dewa tertinggi, yaitu Sang Wairocana untuk mempelajari ajaran Buddha.
Salah satu patung yang awalnya terdapat pada Candi Jago,
yang merupakan perlambangan Dewi Bhrkuti
Beberapa hiasan dan relief pada kaki
candi berupa cerita Kunjarakarna. Cerita ini bersifat dedaktif dalam
kepercayaan Buddha, antara lain dikisahkan tentang raksasa Kunjarakarna ingin
menjelma menjadi manusia. Ia menghadap Wairocana dan menyampaikan maksudnya.
Setelah diberi nasihat dan patuh pada ajaran Buddha, akhirnya keinginan raksasa
terkabul.
Pada teras ketiga terdapat cerita
Arjunawiwaha yang meriwayatkan perkawinan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai
hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna mengalahkan raksasa Niwatakawaca.
Hiasan pada badan Candi Jago tidak
sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada badan adalah relief adegan
Kalayawana, yang ada hubungannya dengan cerita Kresnayana. Relief ini berkisah
tentang peperangan antara raja Kalayawana dengan Kresna. Sedangkan pada bagian
atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak
ada bekasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar