“ METODE PEMBELAJARAN DISKUSI“
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar
Oleh;
Adam
Sukarno Putra
NIM.
120210302082
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
BAB 1. PEMBAHASAN
1.1 Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah
Yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada penjelasan kali ini akan
membahas mengenai, metode-metode yang cocok untuk pembelajaran sejarah agar
dapat berjalan secara efisien, selain itu peserta didik nantinya diharapkan
dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran sejarah. Karena
dalm hal ini yang dilakukan adalah “belajar dari sejarah bukan belajar
sejarah”. Sehingga pembelajaran sejarah tidak hanya menjadi pelajran yang
membosankan, oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk terampil dalam
menyampaikan informasi-informasi bagi peserta didik melalui metode-metode
berikut ini beserta langkah-langkahnya.
Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,
karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran.
Sejarah adalah ilmu tentang masa lampau
dan sering dianggap remeh oleh siswa ataupun mahasiswa. Akan tetapi penting
dalam pembangunan moral bangsa dan menumbuhkan nasionalisme yang tinggi, karena
sebenarnya, dalam peristiwa sejarah mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil
dan diajarkan oleh guru melalui peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa
lampau. Guru harus mempunyai metode agar dalam penyampaian materi sejarah,
siswa tidak mudah bosan dan dapat mempunyai semangat dalam proses pembelajaran.
Selama ini memang pengajaran sejarah
yang terjadi di beberapa sekolah telah mengalami kesalahan, karena pngajarannya
hanya mengajarkan tentang fakta-fata sejarah. Kebanyakan siswa hanyalah akan
mendengarkan saja tanpa melalui proses penghayatan. Oleh karena itu, pelajaran
sejarah terkesan embosankan dan membuat ngantuk. Yang sering terjadi pula
adalah, para guru kebanyakan tidak berasal dari pendidikan sejarah murni,
tetapi berasal dari pendidikan sosial.
1.2 Metode diskusi ( Discussion method )
Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa
keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan
itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit
diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan,
sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya
memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas
sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan
sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru.
Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa
dihindari.
Penerapan diskusi ini sebenarnya sudah banyak
diterapkan dalam pembelajaarn, bukan hanya alam pembelajaran sejarah.
Tugas guru dalam diskusi ini hanyalah sebagai pengawas atau yang mengawasi
siswa selama proses diskusi. Pentingnya diskusi dalam pembelajaran sejarah ini
aalah siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya dalam mengungkapkan
permasalahan ataupun memecahkan masalah. Dalam hal ini keterampilan psikomotor
siswa akan terlatih. Karena jika dilihat dari adanya perubahan kurikulum dari
dahulu hingga sekarang, yang diinginkan oleh pemerintah adalah pembelajaran
kontekstual, yaitu pembelajaran yang mendekatkan pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Sejarah dapat memberikan contoh nilai-nilai yang terkandung
dalam setipa peristiwa yang pernah terjadi, seperti sikap toleransi dan
nasionalisme. Dengan adanya diskusi ini, siswa akan tertantang untuk melatih
gaya bicarnya, sehingga jika bertutur kata dalam kehidupan, siswa dapat
terbiasa berbicara dengn baik.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa
dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini
dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh
guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi adalah
guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan
diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap
kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri
dengan laporan setiap kelompok.
Muhibbin
Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang
sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama ( socialized recitation ). Metode diskusi diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar untuk :
- Mendorong siswa berpikir kritis.
- Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
- Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
- Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
1.3 Langkah-langkah metode diskusi:
Agar penggunan diskusi berhasil dengan
efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
persiapan diskusi di antaranya:
1)
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun
tujuan khusus.
2)
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai..
3)
Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4)
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan
diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas
diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan diskusi adalah:
1)
Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2)
Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan
yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang
akan dilaksanakan.
3)
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain
sebagainya.
4)
Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5)
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini
sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi
melebar dan tidak fokus.
c. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan
menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:
1)
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
2) Me-review jalannya diskusi dengan
meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya
1.4 Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:
a.
Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi
kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota
kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini
adalah: (1) guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang
akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah (guru,
siswa, atau
ahli
tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15
menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah
mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan; dan (5)
moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b.
Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan
membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5
orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan
oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan
membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa.
Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang
telah ditentukan sebelumnya.
d.
Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah
yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang
di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya
sekadar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu,
agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya
dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam
diskusi.
1.5
Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode Diskusi antara lain:
·
Kelebihan
- Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
- Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
- Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
4.
Metode diskusi dapat
merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan
ide-ide.
5.
Dapat melatih untuk
membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
6. Dapat
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
·
Kelemahan
- tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
- Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
- Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
5.
Sering terjadi pembicaraan
dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan
berbicara.
6.
Kadang-kadang pembahasan
dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
7.
Memerlukan waktu yang cukup
panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Jika dilihat dari kelebihan dan kelemahan
yang ada dalam diskusi, maka sudah jelas bahwa diskusi memang dapat melatih
kemampuan berbicara siswanya. Sejarah ada dalam pendidikan sosial, yang mana
lebih pada kehidupan masyarakat. Sehingga dapat digunakan sebagai pegangan
siswa ketika siswa itu terjun dalam masyarakat.
1.6 Manfaat
1. Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran
dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
2. Metode diskusi merupakan salah satu solusi dalam memecahkan
persoalan-persoalan kompleks yang sering kita jumpai dalam kehidupan
bermasyarakat karenanya diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan
pemecahan terbaik dan dilakukan atas dasar kerjasama kelompok secara musyawarah
dan demokratis
BAB 2. PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa
keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan
itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit
diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan,
sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya
memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas
sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan
sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru.
Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa
dihindari.
Penerapan diskusi ini sebenarnya sudah banyak
diterapkan dalam pembelajaran, bukan hanya alam pembelajaran sejarah.
Tugas guru dalam diskusi ini hanyalah sebagai pengawas atau yang mengawasi
siswa selama proses diskusi. Pentingnya diskusi dalam pembelajaran sejarah ini
aalah siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya dalam mengungkapkan
permasalahan ataupun memecahkan masalah. Dalam hal ini keterampilan psikomotor
siswa akan terlatih. Karena jika dilihat dari adanya perubahan kurikulum dari
dahulu hingga sekarang, yang diinginkan oleh pemerintah adalah pembelajaran
kontekstual, yaitu pembelajaran yang mendekatkan pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Sejarah dapat memberikan contoh nilai-nilai yang terkandung
dalam setipa peristiwa yang pernah terjadi, seperti sikap toleransi dan
nasionalisme. Dengan adanya diskusi ini, siswa akan tertantang untuk melatih
gaya bicarnya, sehingga jika bertutur kata dalam kehidupan, siswa dapat
terbiasa berbicara dengn baik.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul.2013.Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarata .Pustaka Pelajar.
Hasibuan, J.J, dan Mudjiono. 1988. Proses
Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.
Komalasari Kokom. 2010. Pembelajaran
Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama
Slavin, R. E. 1995. Cooperative
learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
Roestiyah
N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta