Selasa, 23 Desember 2014

BERPIKIR SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH





BERPIKIR SEJARAH
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampuh Dr.Suranto, M.Pd




Oleh:

    Adam Sukarno P    
120210302082






PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya serta  karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai bahan diskusi mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar” dan sebagai media untuk lebih mendalami setiap unit yang akan dipelajari dan dibahas dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna. oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki makalah yang telah dibuat. Akhirnya semoga makalah ini dapat berguna bagi kita, amien ya rabbal alamin.





                                                                                   
 Jember, 10 Oktober  2014


                                                                                                                                                                                                                              Penyusun


BAB I. PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang

Tumbuh kembangnya dukungan bagi mata pelajaran sejarah yang lebih baik, dimulai pada tingkatan-tingkatan atau pada kelas-kelas awal dari pendidikan dasar, adalah salah satu pertanda yang membanggakan pada dekade ini. Tanpa sejarah, seseorang ataupun suatu bangsa tidak dapat mengidentifikasi dan memecahkan segala permasalahan-permasalahan sosial, politik, atau isu-isu moral di masyarakat, sehingga akan sulit berperan aktif dalam kehidupan bernegara yang demokratis seperti yang dicita-citakan. Hal yang menarik dari standar nasional sejarah ini adalah diperkenalkannya dua konsep yang dikenal sebagai Historical Thinking dan Historical Understanding. Kedua konsep tersebut dijabarkan ke dalam serangkaian kemampuan standar minimal yang bersifat umum di dalam lingkup kesejarahan yang harus dikuasai oleh siswa sekolah pada setiap tingkatan di seluruh Amerika Serikat. Sedangkan untuk implementasinya diserahkan kepada kebebasan dan otoritas guru selaku pengelola kelasnya masing-masing.
Siswa-siswa sekarang dari berbagai jenjang, lebih dari sebelumnya, membutuhkan juga pengertian komprehensif mengenai Sejarah Dunia, dan Masyarakat dari berbagai budaya dan peradaban yang telah mengembangkan ide- idenya, institusi-institusinya, serta pandangan hidup yang berbeda dengan yang  dimiliki oleh para siswa. Sehingga para siswa dapat mengapresiasi perbedaan budaya- budaya di dunia, rasa kemanusiaan, dan permasalahan-permasalahan yang umum dialami manusia.





1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah teori berpikir sejarah?
2. Bagaimanakah faktor berpikir sejarah?
3. Bagaimanakah mengembangkan cara berpikir sejarah?

1.3 Tujuan


Ø Untuk mengetahui Teori berfikir sejarah.
Ø Untuk mengetahui faktor berpikir sejarah.
Ø .Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir sejarah.

1.4 Manfaat

Ø Dapat mengetahui Teori berfikir sejarah..
Ø Dapat mengetahui faktor berpikir sejarah.
Ø Dapat mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir sejarah.


BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Teori Berfikir Sejarah

            Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut penjelasannya:

1. Konsep Periodisasi dalam Ilmu Sejarah
      Secara umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu masa. Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah. Para ahli ataupun sejarawan akan kesulitan dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli kemudian menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa sejarah.
      Contoh periodisasi adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari sejarah Eropa Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan -> Sejarah Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern. Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap periode waktunyanya memiliki ciri-ciri tersendiri.

2. Konsep Kronologi dalam Ilmu Sejarah
     Kehidupan umat manusia diliputi oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang sangat sederhana sampai yang lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II, Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari umat manusia seperti kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya. Inilah sebabnya ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia.
  Dengan kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa tersebut. Disinilah kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah diklasifikasikan tadi, disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.

3.  Historiografi dalam sejarah
     Penulisan adalah puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu sejarah sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
     Historiografi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented).
     Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah.
.

2.2 Konsep Berfikir Sejarah

Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.

a)      Cara berfikir kronologis diakronis dalam mempelajari sejarah

1)      Kronologi
Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.

b)      Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah

Sejarah itu diakronis maksudnya me­manjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 
Contoh:
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
 
c)      Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah

Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.

Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang.  Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu.Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah: 
- Tarekat Naqsyabandiyah 
- Qodiriyah di pesantren -  pesantren Jawa´; 
- Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´; (metode survey dan interview hanya  
  
Memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang    sangat luas. Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis
Contoh: 
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
- Peranan militer dalam politik,1945-1999  ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik)

d)     Mendeskripsikan konsep ruang dan waktu

1)      Konsep Ruang
Ø  Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu. 
Ø  Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu.
Ø  Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut.
Ø  Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2)      Konsep waktu
Ø  Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
Ø  Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Ø  Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan dating.

3)      Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah

Ø  Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah
Ø  Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian
Ø  Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup ( beraktivitas )



2.3 Pemahaman dalam Berpikir Sejarah


  Menurut Bettelheim (Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich food for their imagination, a sense of history, how the present situation come about”. Sejarah akan memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix (Nash, 1996:2) “a sense of personal involvement in exemplary lives and significant events, an appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah menghu bungkan siswa dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense of personal belonging). Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan oleh Bettelheim maupun Phenix maka materi sejarah yang akan diberikan kepada siswa dikembangkan berdasarkan 2 (dua) landasan utama, yaitu:
  a. Pemahaman sejarah Pemahaman kesejarahan didefinisikan sebagai apa yang harus diketahui oleh siswa tentang sejarah (keluarga, masyarakat, negara, dan dunia). Pemahaman ini digambarkan dari catatan (aspirasi, usaha, perlakuan, kegagalan) aktivitas manusia dalam aspek sosial, politik, sain dan teknologi, ekonomi dan budaya, yang diselaraskan dengan tingkat pemahaman siswa. Memperkenalkan sejarah, seperti sejarah keluarga, sejarah masyarakat, sejarah nasional, dan berbagai sejarah budaya bangsa-bangsa di dunia, akan mengantarkan mereka pada kehidupan, aspirasi, perjuangan, dan usaha, serta kegagalan dari kehidupan nyata manusia yang secara kontekstual disesuaikan dengan tingkat kematangan berpikir mereka. Sehingga jika diuraikan, maka akan kita dapatkan tiga hal berikut ini: Melalui sejarah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang masyarakat, perbedaan dan perubahan pola struktur keluarga, perbedaan peran laki-laki dan perempuan, peran anak dan kehidupan  masa kanak-kanak, dalam berbagai kelompok yang bervariasi,  dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Melalui sejarah siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pola ilmiah untuk mencari pemahaman tentang dunia tempat manusia hidup dan melakukan sesuatu dengan lebih baik/efisien; pemahaman tentang apa yang telah diperoleh manusia termasuk perkembangan sain dan teknologi yang menciptakan terjadinya perubahan.  Melalui sejarah siswa mulai memahami iklim politik yang berkembang dalam masyarakat lokal hingga kepada masyarakat dunia. Hal yang  penting sebagai inti permasalahan ini adalah memahami nilai-nilai demokrasi.  

  b. Keterampilan berpikir kesejarahan Keterampilan berpikir kesejarahan adalah kemampuan yang harus dikembangkan agar siswa dapat membedakan waktu lampau, masa kini, dan masa yang akan datang; melihat dan mengevaluasi evidensi; membandingkan dan menganalisis antara cerita sejarah, ilustrasi, dan catatan dari masa lalu; menginterpretasikan catatan sejarah; dan membangun suatu cerita sejarah berdasarkan pemahaman yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikirnya. Sejarah dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk melakukan analisis dan mengembangkan analisis terhadap aktivitas manusia dan hubungannya dengan sesama. Agar dapat tercipta atmosfir yang demikian, maka siswa harus dikondisikan untuk aktif bertanya dan belajar (active learning), tidak hanya secara pasif menyerap informasi berupa fakta, nama, dan angka tahun sebagai suatu kebenaran. Terdapat 5 (lima) bentuk berpikir kesejarahan yang dapat mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir kesejarahan yakni: 
  Chronological Thinking (berpikir kronologis), yaitu membangun tahap awal dari pengertian atas waktu (masa lalu, sekarang dan masa datang), untuk dapat mengidentifikasi  urutan waktu atas setiap kejadian, mengukur waktu kalender, mengintertretasikan dan menyusun garis waktu, serta menjelaskan konsep kesinambungan sejarah dan perubahannya. Historical Comprehension, mencakup kemampuan untuk mendengar dan membaca cerita dan narasi sejarah dengan penuh pengertian, untuk mengidentifikasi elemen dasar dari suatu narasi atau struktur kisah, dan untuk mengembangkan kemampuan menggambarkan masa lalu berdasarkan pengalaman pelaku sejarah, literatur sejarah, seni, artefak, dan catatan-catatan sejarah dari masanya.







DAFTAR PUSTAKA


Mengembangkan Aspek Berpikir Kesejarahan di Sekolah Dasar. Historia Jurnal Pendidikan Sejarah No.2, Vol.I, tahun 2000. Bandung: Historia Utama Press.
Sumantri, M. 1988. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P2LPTK.
Kamarga, H. 2000. Advance Organizers: Sebuah Model Pembelajaran dalam

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar