Kamis, 25 Desember 2014

sosialisme komunisme





SOSIALISME KOMUNISME
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual



MAKALAH




Oleh
Adam Sukarno Putra
NIM. 120210302082









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS JEMBER
2014







BAB1.PENDAHULUAN

Istilah atau sebutan sosialisme selalu identik dengan sosok Karl Marx. Padahal pemikiran tentang sosialisme terlampau jauh berkembang sejak abad ke V – sebelum Marx mulai memikirkan resolusi proletariat. Pemikiran Marx sendiri tentang sosialisme sebenarnya sudah termaktub dalam beberapa karya dan budaya Yunani kuno – meskipun terbatas pada objek dari sosialisme itu sendiri. sosialisme untuk semua digagas oleh Jambulos dan Euhemeros. Jambulos mendeskripsikan sebuah ‘negara matahari’ dimana segala-galanya – termasuk para isteri – dimiliki bersama.
Kata ‘sosialisme’ sendiri mucul di Prancis sekitar tahun 1830, begitu juga ‘komunisme’. Kedua kata ini pada awalnya memiliki makna yang selaras, namun ‘komunisme’ segera dipakai oleh golongan sosialis radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri (Frans. 2003:14). Sosialisme pada abad pertengahan memiliki motif-motif yang erat dengan nilai-nilai religius tertentu, yaitu Kristen. Terutama dalam pertimbanhan tentang penyambutan Kerajaan Allah, orang harus bebas dari keterikatan.
Sedangkan memasuki zaman pencerahan, perkembangan paham sosialisme tidak mampu berkembang pesat. Hal ini disebabkan dominasi golongan borjuasi yang menuntut kebebasan politik supaya dapat bebas berusaha dan berdagang untuk kepentingan milik pribadi – sebesar dan sebebas mungkin. Sejak bergulirnya Revolusi Prancis (1789-1795), sosialisme memasuki era modern dalam perkembangannya. Keyakinan dasar para pemimpin sosialis modern adalah, secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja. Milik bersama dianggap tuntutan akal budi. Mereka meyakini bahwa masyarakat akan berjalan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi.
Sosialisme dan Komunisme adalah suatu gerakan atau sistem ekonomi yang berdasarkan atas kepemilikan secara publik, baik dalam hal sarana produksi maupun perencanaannya secara sentral. Sosialisme timbul sebagai reaksi terhadap kapitalisme, sedangkan komunisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari sosialisme, yang bertujuan menghapus adanya perbedaan kelas/ kelompok ekonomi di dalam masyarakat. Mungkin ada orang menyangka bahwa sosialisme dan komunisme adalah sistem yang baik untuk menyelamatkan nasib para pekerja dari kekuatan para memilik modal. Namun walaupun sepertinya baik, sistem tersebut tidak sesuai dengan ajaran Kristiani. Untuk memahami hal ini, mari kita melihat kepada fakta sejarah, dan ajaran Gereja Katolik, yang jelas dinyatakan, terutama oleh Paus Leo XIII -dalam surat ensikliknya Rerum Novarum (RN), dan Paus Yohanes Paulus II, dalam surat ensikliknya Centessimus Annus (CA), Sollicitudo Rei Socialis (SRS), dan Laborem Excercens (LE).
























BAB 2. PEMBAHASAN

2.1Sosialisme
            Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l’Encyclopédie Nouvelle. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
2.1.1 Prinsip Dasar Sosialisme
Walaupun banyak terdapat aliran atau pengertian sosialisme, tetapi ada sejumlah prinsip dasar dari sosialisme itu sendiri, yaitu :
1. Semua bentuk Marxisme dapat diketegorikan sosialisme, tetapi tidak sebaliknya.
2. Meskipun tidak mudah merumuskan dengan persis apa itu sosialisme, paling tidak ada dua hal yang mempersatukan segala macam aliran revolusioner, egalitarian, anarkis, utopis, reformis, teknokrat, religius, dan sebagainya itu yang dinamakan dirinya sosialis.
3. Keyakinan etis bahwa perekonomian harus diarahkan pada kesejahteraan segenap orang, bukan untuk keuntungan segelintir orang.
4. Sumber ketidakadilan sosial adalah hak milik pribadi (atas alat-alat produksi).
5. Sosialisme adalah cita-cita etis tentang masyarakat yang solider dan tuntutan penghapusan hak milik pribadi.

2.1.3 Sosialisme Karl Marx
Ajaran G.W.F Hegel (1770-1831) : Metode untuk mendekati, memahami, dan mempelajari gejala alam, Marx mengambil dari materialisme, dialektika Hegel. Materialisme dialeketika Hegel menjadi inspirasi materialisme dialektika Marx yang dikembangkan menjadi materialisme historis sebagai puncak prestasi ilmiahnya. Bagi Hegel, alam adalah proses mengelar pikiran-pikiran yang menimbulkan proses alam, sejarah manusia, organisme, dan kelembagaan masyarakat. Materi baginya kurang rill dibandingkan jiwa. Pikiran atau jiwa menurut Hegel esensi alam. Marx menolak idealisme Hegel tersebut dengan membalikkan filsafatnya dan mengatakan materi pokok dari alam, bukan jiwa atau pikiran. Pada organisasi ekonomi masyarakat misalnya, disini jelas menurut Marx bahwa cara-cara produksi (materi) menentukan kelembagaan politik dan sosial yang ada.
Dalam dialektika Hegel, dunia berada pada sebuah proses perkembangan atau perubahan yang bersifat dialektika. Perubahan-perubahan tersebut berlangsung melalui tahap afirmasi (tesis), pengingkaran (anti tesis), dan akhirnya sampai pada tahap integrasi (sintesis). Marx kemudian menggagas materialis dialektikanya berdasarkan materi dari materialisme dialektika Hegel. Jika bagi Hegel dan kaum idealis pada umumnya alam merupakan buah hasil dari roh, sedangkan bagi Marx dan Engels semua yang bersifat rohani merupakan hasil dari materi.
Bagi Marx, kekuatan material (modal) menentukan dalam masyarakat, termasuk perkembangan evolusi serta fenomena lain, onorganik, organic atau manusia; kebiasaan dan tradisi politik, sosial dan agama. Yang menentukan sejarah menurut Marx adalah produksi dan kelahiran manusia. Keterpesonaan terhadap filsafat Hegel, Marx kemudian mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mengerakkan bagaimana membebaskan manusia dari penindasan sistem politik reaksioner.
Secara filosofis, rakitan dari materialisme dialektika Hegel tersebut ditemukan persepsi yang sama pada literatur kaum Marxist, yaitu ada tiga dalil (1) dalil perubahan pada kuantitas dapat menimbulkan perubahan kualitas, (2) dalil kesatuan dan pertentangan dari lawannya, atau hukum kontradiksi yang lazim disebut dengan hukum "interpenetration of opposities", kelanjutan bagian dari dalil pertama sebelumnya, dan (3) pengingkaran terhadap pengingkaran (the law of the negation of negation).
Ludwig Feuerbach : Pemikiran Marx semakin berkembang setelah berkenatan dengan filsafat klasik Jerman, yaitu materialisme Ludwig Feuerbach. Menurut Feuerbach, manusia merupakan sesuatu yang abstrak. Adapun gagasan menurut Feuerbach adalah "renungan" dari "kenyataan material" yang menentukan kegiatan manusia.
Menurut Marx, dengan memposisikan manusia sebagai yang abstrak, Feuerbach tidak hanya menurunkan manusia menjadi orang saleh tetapi juga gagal melihat bahwa hal itu sendiri merupakan produk sosial. Filsafat Feuerbach berhenti pada menempatkan gagasan sebagai renungan dari kenyataan material, padahal antara kesadaran dan praksis manusia terdapat suatu hubungan timbal batik. Ketika Feuerbach memperlakukan "kenyataan materil" sebagai yang menentukan kegiatan manusia, Feurbach menurut Marx tidak melakukan analisis modifikasi dunia "obyektif dan subyektif yaitu terhadap kegiatan manusia.
Revolusi Perancis : Kendatipun Marx banyak mengkritik materialisme Feuerbach, namun dipertahankannya (juga Engels) dan dijadikan teori filsafatnya. Ketika menjelaskan hal-hal yang rohani dari jasmani serta mencurahkan segala perhatian kepada pembebasan manusia dari keterasingan dirinya sendiri, antara Marx dengan Feuerbach tidak terdapat perbedaan. Akan tetapi Marx tidak hanya sampai di situ, ia kemudian melacak asal keterasingan tersebut hingga menemukannya setelah berjumpa dengan kaum sosialis radikal di Paris, yaitu berlangsung dalam proses pekerjaan manusia.
Menurut Marx, masyarakat sosialis akan segera terwujud dalam masyarakat yang menganut sistem Kapitalisme. Sejak abad ke-19, ideologi kapitalismeliberalisme sebenarnya telah popular sebagaimana pertama tumbuh dan berkembang di Amerika dan hampir di semua negara Eropa Barat. Kapitalisme sendiri memiliki karakteristik antara lain pekerjaan yang seharusnya sebagai wujud perealisasian diri menjadi de-realisasi diri, manusia tidak memiliki kebebasan dalam melakukan pekerjaannya, sehingga "kehilangan dirinya sendiri", dan manusia berada di bawah kekuasaan kekuatan obyektif asing (kekuasaan, sosial, dan politik) .
Oleh karena itu, menurut Marx, manusia hanya dapat dibebaskan dari jerat kapitalisme, bila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus melalui revolusi kaum buruh. Inilah yang merupakan substansi dari sosialisme klasik. Dalam sosialisme klasik ini, Karl Marx mengemukakan bahwa untuk mencapai masyarakat komunis tanpa klas, dapat dicapai melalui 5 (lima) tahap dalam Sistem Produksi, yaitu :
1. Sistem komunisme primitive sebagai tingkatan ekonomi awal yang bercirikan, kepemilikan secara kolektif. Pada tahap ini teknologi belum ada dan masyarakat hidup damai.
2. Sistem produksi kuno yang didasarkan atas perbudakan serta bercirikan telah lahirnya hak milik pribadi. Disinilah sistem pertanian dan pengembalaan menggantikan perburuan sebagai sarana hidup. Akibatnya, ketika kelompok minoritas mengusasi sarana hidup, maka pertarungan kepentinganpun mulai timbul.
3. Tahap dimana kelompok-kelompok feodal sudah menguasai penduduk. Seluruh kelebihan hasil yang dimiliki penduduk dikuasai oleh para feudal. Masyarakat hanya dapat hidup secara sangat sederhana.
4. Lahir sistem borjuis/kapitalis dengan ciri meningkatnya perdagangan, produksi, dan pembagian kerja. Sistem pabrik ini akhirnya melahirkan industrialis.
kapitalis yang menjadi sebagai pemilik modal sekaligus pengontrol alat-alat produksi.
5. Sistem sosialisme.

            Argumen yang diajukan Karl Marx terhadap tahap-tahap tersebut yang dilalui melalui revolusi sosial adalah :
1. Berdasarkan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat, pilihan revolusi kaum buruh merupakan kesimpulan yang tidak terelakkan (sosilisme ilmiah: tidak hanya bersandar dan didorong oleh cita-cita moral, tetapi juga berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang hukum-hukum perkembangan masyarakat.
2. Manusia tidak akan dapat mengembangkan dirinya secara utuh karena terpecah ke dalam kelas-kelas sosial. Penyebab keterpecahan tersebut adalah sistem struktur, bukan sekadar masalah kehendak buruk sekelompok orang yang membeku dalam modal dengan hukum-hukum yang menguasainya. (sistem kapitalis).
3. Bukan kesadaran sosial yang menentukan keadaan sosial, tapi sebaliknya. Adapun factor determinannya adalah produksi, sebab keadaan ekonomi seseorang sangat menentukan cara pandangnya terhadap persoalan-persoalan hidupnya.

Menurut Karl Marx, ada 2 (dua) tingkatan revolusi dalam masyarakat yang terdiri dari :
1. Tingkatan peralihan, yaitu periode kediktatoran dari kaum proletar. Di masa ini orang mengadakan perubahan yang revolusioner. Kelas - kelas di dalam masyarakat hilang dengan sendirinya seiring dihilangkannya hak milik pribadi atas sarana produksi, distribusi, dan pertukaran.
2. Tingkat kedua adalah tingkat kelima atau tipe terakhir dari sistem produksi, yaitu terciptanya "masyarakat tanpa kelas" atau komunisme murni. Alat-alat produksi telah manjadi milik masyarakat, yaitu negara, di mana sejarah umat manusia telah ditutup dengan suatu negara bahagia, sintesa dari dua zaman sebelumnya yaitu sosilisme (tesa) dan kapitalisme (antitesa).
·         Wajah Baru Marxisme
Semenjak kekuasaan Stalin, paham sosialisme yang dikembangkan Marx secara perlahan meluber menjadi berbagai paham dengan corak berbeda. Perpaduan pemikiran Marx-Engels-Lenin melebur menajdi ‘Marxisme Leninisme’ atau yang sering disebut ‘Marxisme versi Stalin’. Penafsiran ini diklaim oleh Stalin sebagai satu-satunya tafsiran resmi atas pemikiran Marx yang paling benar dan tepat, yang harus diterima oleh seluruh penganut Marxis dimanapun.
Secara singkat pemikiran Marx-Lenin – sering disebut Doktrin Kremlin – telah meninterpretasikan pemikiran Marx menjadi tiga bagian utama (Irmayani. 2003: 62). Yaitu; (1) filsafat materialisme dialektik dan materialisme historis; (2) kritik terhadap ekonomi politik kapitalisme; (3) sosialisme ilmiah sebagai doktrin politik komunisme yang terdiri strategi dan taktik perjuangan revolusioner dan komunisme ilmiah. Terlebih ketika Stalin menstabilkan ajaran Lenin – yang merupakan sosok pemimpin negara sosialis pertama di dunia – menjadi Marxisme-Leninisme atau Marxisme versi Stalin, menyebabkan sayap Marxis kehilangan sisi Marxisnya. Seperti contoh SDP yang ada di Jerman. Terbelahnya paham sosialisme yang dibawa Marx terjerumus kepada pilihan yang sulit dipilih oleh penganut setia Marx sendiri. Pada satu sisi, jika mereka bergabung dengan SDP, tentu saja mustahil. Mengingat SDP sudah tidak lagi berlandaskan pemahaman tentang Marx. Disisi lain, jika bergabung dengan sayap Komunis, lebih menyesatkan lagi bagi penganut setia Marx, karena sayap Komunis telah menghianati pesan Karl Marx. Pilihan ketiga juga lebih radikal, yaitu golongan Fasisme yang jelas-jelas memsuhi Marxis dan Komunis. Akhirnya jalan yang ditempuh adalah mebangun ‘rumah baru’ yang mereka sebut sebagai Neo-Marxisme.
Dalam sebuah studi, George Lukacs (1885-1971) mencoba menggali lagi dimensi-dimensi kritis dialektika Marx melalui dialektika Hegel dengan tujuan memberi pencerahan terhadap Marxisme. Lukacs menemukan bahwa pesan inti dalam pemikiran Marx ialah: mengembalikan manusia dari segala macam eksploitasi kapitalis yang telah mencabut aspek objektif revolusionernya, dan yang membuatnya menjadi komoditi, kepada manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial serta produktif. Lukacs juga menerima prinsip-prinsip sejarah Marx, jadi apa yang dikatakan Hegel bahwa hakekat esensial manusia adalah terbuka dalam totalitas sejarah objektivitas dinamik dari jiwa dunia. Dan setelah Lukacs mengujinya pada kesadaran kelas proletariat dan filsafat fraxisnya Marx, ia menerima bahwa “manusia tidak hanya sebagai penginterpretasi sejarah, melainkan juga pembuat sejarah”.
Teori-teori yang diformulasikan Marx bersifat ilmiah. Hal ini karena ia mengemukakan syarat-syarat perkembangan masyarakat yang melalui feodalisme dan kapitalisme ke dalam sosialisme – sebagai tujuan terakhir dari rangkaian teas-antitesa-sintesa. Bagi Marx, tidak sesuatu hal sekonyong-konyong terjadi. Semuanya pasti melalui proses. Dan proses tersebut akan membawa kepada tujuan, ketika tiba waktunya.

2.2 Komunisme
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”. Komunisme atau communitas (latin) yang berarti kemasyarakatan adalah suatu bentuk sistem masyarakat di mana sarana-sarana produksi dimiliki secara bersama. Pembagian hasil produksi dilakukan sesuai kebutuhan seseorang. Sebagai ideologi, komunisme muncul ketika revolusi Perancis, kemudian dengan ajaran Kart Marx membawa pengaruh yang sangat besar sehingga disamakan dengan komunisme.
Marx banyak menerima pokok ajaran dari Feuerbach tanpa analisis yang menyeluruh hingga dalam perkembangannya istilah komunisme kemudian dimonopoli oleh partai/golongan komunis. Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar, namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi “tumpul” dan tidak lagi diminati. Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).


2.3 Perebedaan Sosialisme dan Komunisme
Sosialisme merupakan sebuah masyarakat yang langsung timbul dari kapitalisme sebagai bentuk pertama dari masyarakat baru dan dalam kerjanya tidak menerima bantuan dari kapitalisme, termasuk hal yang bersifat sosial. Selain itu sosalisme merupakan anti-tesis dari kapitalisme. Segala nilai, moral, tata-berpikir, susunan kemasyarakatan dan cara kerja yang ada dibawah kapitalisme mendapatkan lawannya di bawah sosialisme.
Sedangkan komunisme adalah masyarakat yang lebih tinggi, di mana hanya dapat berkembang jika sosialisme mempunyai kedudukan yang kuat. Apabila dalam masyarakat sosialis penghisapan manusia atas manusia lainnya sudah berakhir, alat-alat produksi dimiliki sepenuhnya oleh kaum buruh, serta setiap manusia memberi menurut kemampuaannya dan menerima sesuai dengan bobot pekerjaannya sebagi wujud usahanya untuk menwujudkan masyarakat tanpa kelas; tidak ada kelas yang menghisap dan dihisap. Sedangkan pada masyarakat komunis, setia manusia memberi menurut kemampuannya dan menerima sesuai dengan kebutuhannya. Jika komunisme mendewakan kepentingan pribadi, maka sosialisme mendahulukan kepentingan orang banyak.
Jika komunisme mengejar kekayaan perorangan, Sosialisme bekerja demi pemerataan kesejahteraan. Jika komunisme mendewakan kepentingan pribadi, maka Sosialisme mendahulukan kepentingan orang banyak. Jika komunisme mengejar kekayaan perorangan, Sosialisme bekerja demi pemerataan kesejahteraan.

2.4 Sejarah Dan Perkembangan Komunisme Di Indonesia
Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia sejalan tidak pernah terlepas dari peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet.Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja disalah satu harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche Handelsbad sebagai staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya, Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebgai sekertaris di salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg Personnel (VSTP) Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuhkembangkan ideologi komunisme di Indonesia.
Pada bulan Juli 1914 bersama personil personil yang tergabung dalam VSTP seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu menjabat sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik yang bersifat radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai media propaganda untuk menyebarkan. Pada awalnya Sneevliet di sewa oleh VSTP sebagai propagondis bayaran untuk menyeb arkan ajaran yang dianut oleh buruh tersebut. Melalui kesempatan inilah Sneevliet berkenalan dengan massa buruh sekaligus menyebarluaskan doktrin pertentangan kelas yang dianut oleh ideologi komunisme.ISDV terbatas dikalangan orang orang Belanda, maka organisasi ini belum dapat menjamah  dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI). Setelah revolusi Rusia meletus pada tahun 1917 dan dimenang kan oleh kekuatan komunis, watak gerakan ISDV pun semakin radikal dan tak henti hentinya untuk  menyeberluaskan ajaran komunismenya.
Para pemimpin ISDV semakin gencar untuk terus  melakukan pendekatan diri terhadap para pemimpin SI di Semarang. Disamping itu, Sneevliet dan kawan kawan juga melakukan propaganda sampai ke lingkungan angkatan  perang. Sneevliet terus melakukan ceramah ceramah politk yang tujuannya adalah  menanamkan benih benih komunisme di lingkungan tersebut. Kegiatan Sneevliet ini  sepenuhnya dibantu oleh Branstedder dan van Burink. Atas kerjasama bersama rekan  rekannya Sneevliet akhirnya berhasil menggagasi terbentuknya Raad van Matrozen en   Mariniers (Dewan Kelasi dan Marinir), suatu organisasi dilingkungan militer yang bersifat  radikal revolusioner. Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di  terbitkannya koran Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan  Usaha ISDV untuk mendatkan simpati rakyat tidak berhasil, karena rakyat ISDV  masih menjadi sebuah kesatuan terhadap pemerintah kolonial Belanda.Sneevliet dan kawankawan sadar betul bahwa untuk mendapatkan simpati rakyat, ISDV harus mampu berbaur bersama orang orang pribumi dan mendekatkan diri dengan  kekuatan/pergerakan nasional yang sudah ada sebelumnya. Melalui organisasi buruh yang ada di Semarang, ISDV melakukan pendekatan dengan Sarekat Islam yang pada saat itu di  pimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto. Sneevliet kemudian memanfaatkan watak anti  kolonialisme dan kapitalisme yang dianut dalam SI untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda

2.4.1 Pergerakan Komunisme Pada Masa PraKemerdekaan.
·         Pergolakan PKI 1926/1927
Pergolakan yang dilakukan PKI pada tahun 1926 merupakan sebuah bukti bahwa apa  yang terjadi pada kongres tahun 1924 di kota gede Yogyakarta tidak mendapatkan  kesepakatan bersama dari pimpinan pimpinan PKI pada saat itu. Setelah dilangsungkannya kongres di Yogyakarta tersebut, PKI memerintahkan untuk mengadakan mogok besar besaran dikalangan para buruh. Hal ini sontak saja membuat pemerintah Hindia Belanda berang melihat ulah PKI tersebut. Pemerintah Hindia kemudian mengambil tindakan tegas  terhadap tokoh tokoh PKI dan semakin memperketat aktivitas mereka. Pada tahun 1925  Darsono diusir keluar Indonesia, Aliarcham dibuang ke Digul, sedangkan Alimin, Musso dan  Tan Malaka terpaksa menyingkir ke luar negeri.Sementara tokoh tokoh  PKI yang masih  bebas seperti Budisutjitro, Sugono, Suprodjo, dan lainnya mengadakan rapat di Prambanan untuk membicarakan keberadaan PKI yang semakin mengancam keberadaannya karena  aktivitasnya telah dibatasi oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pada bulan Januari 1926 ternyata beberapa tokoh PKI seperti Alimin, Sanusi, Subakat, Winanta, Musso, Sugono dan Budisutjitro telah berkumpul di Singapura untuk  membicarakan keputusan Prambanan. Kemudian mereka memutuskan Alimin untuk  menemui Tan Malaka dan membicarakan mengenai keputusan Prambanan tersebut. Pada bulan Maret 1926, keputusan itu diterima oleh Tan Malaka dari Alimin di Manila. Tan Malaka kemudian menilai bahwa keputusan tersebut terlalu tergesagesa untuk dilakukan. Ia menilai bahwa pada saat itu PKI belum tepat untuk melakukan pemberontakan, dengan alasan PKI belum solid dan basis massa yang belum sepenuhnya sadar dan revolusioner. Kemudian Tan Malaka menjelaskan bahwa keputusan itu tidak legitimate karena belum dibicarakan dalam Komintern. Tan Malaka menjelaskan bahwa PKI merupakan salah satu anggota Komintern, jadi setiap pergerakan yang akan dilakukan harus terlebih dahulu dibahs  dalam Komintern. Pada kesempatan itu Tan Malaka lima alasan sebagai nasehat politik, yaitu;























DAFTAR PUSTAKA

 Andrain, Charles F.1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Social. Yogyakarta: PT.   Tiara Wacana Yogya.
\
 Azhar, Muhammad. 1996. Filsafat politik. Yogyakarta: PT. Grafindo Pers
 Budiardjo, Miriam. 2009.  Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
            
Rudy, May. 1992. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: PT. Rafika Aditama     http://forum.detik.com/sosialisme-dan-komunisme-t62101.html.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar