Disusun
guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
MAKALAH
Oleh
Adam
Sukarno Putra
NIM.
120210302082
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
BAB1.PENDAHULUAN
Istilah atau sebutan sosialisme selalu identik dengan
sosok Karl Marx. Padahal pemikiran tentang sosialisme terlampau jauh berkembang
sejak abad ke V – sebelum Marx mulai memikirkan resolusi proletariat. Pemikiran
Marx sendiri tentang sosialisme sebenarnya sudah termaktub dalam beberapa karya
dan budaya Yunani kuno – meskipun terbatas pada objek dari sosialisme itu
sendiri. sosialisme untuk semua digagas oleh Jambulos dan Euhemeros. Jambulos
mendeskripsikan sebuah ‘negara matahari’ dimana segala-galanya – termasuk para
isteri – dimiliki bersama.
Kata ‘sosialisme’ sendiri mucul di Prancis sekitar
tahun 1830, begitu juga ‘komunisme’. Kedua kata ini pada awalnya memiliki makna
yang selaras, namun ‘komunisme’ segera dipakai oleh golongan sosialis radikal,
yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta
mengharapkan keadaan komunis itu dari kebaikan pemerintah, melainkan
semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri (Frans. 2003:14). Sosialisme
pada abad pertengahan memiliki motif-motif yang erat dengan nilai-nilai
religius tertentu, yaitu Kristen. Terutama dalam pertimbanhan
tentang penyambutan Kerajaan Allah, orang harus bebas dari keterikatan.
Sedangkan memasuki zaman pencerahan, perkembangan
paham sosialisme tidak mampu berkembang pesat. Hal ini disebabkan dominasi
golongan borjuasi yang menuntut kebebasan politik supaya dapat bebas berusaha
dan berdagang untuk kepentingan milik pribadi – sebesar dan sebebas mungkin.
Sejak bergulirnya Revolusi Prancis (1789-1795), sosialisme memasuki era modern
dalam perkembangannya. Keyakinan dasar para pemimpin sosialis modern adalah,
secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja. Milik bersama
dianggap tuntutan akal budi. Mereka meyakini bahwa masyarakat akan berjalan
jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi.
Sosialisme
dan Komunisme adalah suatu gerakan atau sistem ekonomi yang berdasarkan atas
kepemilikan secara publik, baik dalam hal sarana produksi maupun perencanaannya
secara sentral. Sosialisme timbul sebagai reaksi terhadap kapitalisme,
sedangkan komunisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari sosialisme, yang
bertujuan menghapus adanya perbedaan kelas/ kelompok ekonomi di dalam
masyarakat. Mungkin ada orang menyangka bahwa sosialisme dan komunisme adalah
sistem yang baik untuk menyelamatkan nasib para pekerja dari kekuatan para
memilik modal. Namun walaupun sepertinya baik, sistem tersebut tidak sesuai
dengan ajaran Kristiani. Untuk memahami hal ini, mari kita melihat kepada fakta
sejarah, dan ajaran Gereja Katolik, yang jelas dinyatakan, terutama oleh Paus
Leo XIII -dalam surat ensikliknya Rerum Novarum (RN), dan Paus Yohanes
Paulus II, dalam surat ensikliknya Centessimus Annus (CA), Sollicitudo
Rei Socialis (SRS), dan Laborem Excercens (LE).
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1Sosialisme
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l’Encyclopédie Nouvelle. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l’Encyclopédie Nouvelle. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
2.1.1 Prinsip Dasar
Sosialisme
Walaupun
banyak terdapat aliran atau pengertian sosialisme, tetapi ada sejumlah prinsip
dasar dari sosialisme itu sendiri, yaitu :
1.
Semua bentuk Marxisme dapat diketegorikan sosialisme, tetapi tidak sebaliknya.
2.
Meskipun tidak mudah merumuskan dengan persis apa itu sosialisme, paling tidak
ada dua hal yang mempersatukan segala macam aliran revolusioner, egalitarian,
anarkis, utopis, reformis, teknokrat, religius, dan sebagainya itu yang
dinamakan dirinya sosialis.
3.
Keyakinan etis bahwa perekonomian harus diarahkan pada kesejahteraan segenap
orang, bukan untuk keuntungan segelintir orang.
4.
Sumber ketidakadilan sosial adalah hak milik pribadi (atas alat-alat produksi).
5.
Sosialisme adalah cita-cita etis tentang masyarakat yang solider dan tuntutan
penghapusan hak milik pribadi.
2.1.3 Sosialisme Karl
Marx
Ajaran
G.W.F Hegel (1770-1831) : Metode untuk
mendekati, memahami, dan mempelajari gejala alam, Marx mengambil dari
materialisme, dialektika Hegel. Materialisme dialeketika Hegel menjadi inspirasi
materialisme dialektika Marx yang dikembangkan menjadi materialisme historis
sebagai puncak prestasi ilmiahnya. Bagi Hegel, alam adalah proses mengelar
pikiran-pikiran yang menimbulkan proses alam, sejarah manusia, organisme, dan
kelembagaan masyarakat. Materi baginya kurang rill dibandingkan jiwa. Pikiran
atau jiwa menurut Hegel esensi alam. Marx menolak idealisme Hegel tersebut
dengan membalikkan filsafatnya dan mengatakan materi pokok dari alam, bukan
jiwa atau pikiran. Pada organisasi ekonomi masyarakat misalnya, disini jelas
menurut Marx bahwa cara-cara produksi (materi) menentukan kelembagaan politik
dan sosial yang ada.
Dalam
dialektika Hegel, dunia berada pada sebuah proses perkembangan atau perubahan
yang bersifat dialektika. Perubahan-perubahan tersebut berlangsung melalui
tahap afirmasi (tesis), pengingkaran (anti tesis), dan akhirnya sampai pada
tahap integrasi (sintesis). Marx kemudian menggagas materialis dialektikanya
berdasarkan materi dari materialisme dialektika Hegel. Jika bagi Hegel dan kaum
idealis pada umumnya alam merupakan buah hasil dari roh, sedangkan bagi Marx
dan Engels semua yang bersifat rohani merupakan hasil dari materi.
Bagi
Marx, kekuatan material (modal) menentukan dalam masyarakat, termasuk
perkembangan evolusi serta fenomena lain, onorganik, organic atau manusia;
kebiasaan dan tradisi politik, sosial dan agama. Yang menentukan sejarah
menurut Marx adalah produksi dan kelahiran manusia. Keterpesonaan terhadap
filsafat Hegel, Marx kemudian mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
mengerakkan bagaimana membebaskan manusia dari penindasan sistem politik
reaksioner.
Secara
filosofis, rakitan dari materialisme dialektika Hegel tersebut ditemukan
persepsi yang sama pada literatur kaum Marxist, yaitu ada tiga dalil (1) dalil
perubahan pada kuantitas dapat menimbulkan perubahan kualitas, (2) dalil
kesatuan dan pertentangan dari lawannya, atau hukum kontradiksi yang lazim
disebut dengan hukum "interpenetration of opposities", kelanjutan
bagian dari dalil pertama sebelumnya, dan (3) pengingkaran terhadap
pengingkaran (the law of the negation of negation).
Ludwig
Feuerbach : Pemikiran Marx semakin berkembang
setelah berkenatan dengan filsafat klasik Jerman, yaitu materialisme Ludwig
Feuerbach. Menurut Feuerbach, manusia merupakan sesuatu yang abstrak. Adapun
gagasan menurut Feuerbach adalah "renungan" dari "kenyataan
material" yang menentukan kegiatan manusia.
Menurut
Marx, dengan memposisikan manusia sebagai yang abstrak, Feuerbach tidak hanya
menurunkan manusia menjadi orang saleh tetapi juga gagal melihat bahwa hal itu
sendiri merupakan produk sosial. Filsafat Feuerbach berhenti pada menempatkan
gagasan sebagai renungan dari kenyataan material, padahal antara kesadaran dan
praksis manusia terdapat suatu hubungan timbal batik. Ketika Feuerbach
memperlakukan "kenyataan materil" sebagai yang menentukan kegiatan
manusia, Feurbach menurut Marx tidak melakukan analisis modifikasi dunia
"obyektif dan subyektif yaitu terhadap kegiatan manusia.
Revolusi
Perancis : Kendatipun Marx banyak mengkritik
materialisme Feuerbach, namun dipertahankannya (juga Engels) dan dijadikan
teori filsafatnya. Ketika menjelaskan hal-hal yang rohani dari jasmani serta
mencurahkan segala perhatian kepada pembebasan manusia dari keterasingan
dirinya sendiri, antara Marx dengan Feuerbach tidak terdapat perbedaan. Akan
tetapi Marx tidak hanya sampai di situ, ia kemudian melacak asal keterasingan
tersebut hingga menemukannya setelah berjumpa dengan kaum sosialis radikal di
Paris, yaitu berlangsung dalam proses pekerjaan manusia.
Menurut
Marx, masyarakat sosialis akan segera terwujud dalam masyarakat yang menganut
sistem Kapitalisme. Sejak abad ke-19, ideologi kapitalismeliberalisme
sebenarnya telah popular sebagaimana pertama tumbuh dan berkembang di Amerika
dan hampir di semua negara Eropa Barat. Kapitalisme sendiri memiliki
karakteristik antara lain pekerjaan yang seharusnya sebagai wujud perealisasian
diri menjadi de-realisasi diri, manusia tidak memiliki kebebasan dalam
melakukan pekerjaannya, sehingga "kehilangan dirinya sendiri", dan
manusia berada di bawah kekuasaan kekuatan obyektif asing (kekuasaan, sosial,
dan politik) .
Oleh
karena itu, menurut Marx, manusia hanya dapat dibebaskan dari jerat
kapitalisme, bila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus melalui
revolusi kaum buruh. Inilah yang merupakan substansi dari sosialisme klasik.
Dalam sosialisme klasik ini, Karl Marx mengemukakan bahwa untuk mencapai
masyarakat komunis tanpa klas, dapat dicapai melalui 5 (lima) tahap dalam
Sistem Produksi, yaitu :
1.
Sistem komunisme primitive sebagai tingkatan ekonomi awal yang bercirikan,
kepemilikan secara kolektif. Pada tahap ini teknologi belum ada dan masyarakat
hidup damai.
2.
Sistem produksi kuno yang didasarkan atas perbudakan serta bercirikan telah lahirnya
hak milik pribadi. Disinilah sistem pertanian dan pengembalaan menggantikan
perburuan sebagai sarana hidup. Akibatnya, ketika kelompok minoritas mengusasi
sarana hidup, maka pertarungan kepentinganpun mulai timbul.
3.
Tahap dimana kelompok-kelompok feodal sudah menguasai penduduk. Seluruh
kelebihan hasil yang dimiliki penduduk dikuasai oleh para feudal. Masyarakat
hanya dapat hidup secara sangat sederhana.
4.
Lahir sistem borjuis/kapitalis dengan ciri meningkatnya perdagangan, produksi,
dan pembagian kerja. Sistem pabrik ini akhirnya melahirkan industrialis.
kapitalis
yang menjadi sebagai pemilik modal sekaligus pengontrol alat-alat produksi.
5.
Sistem sosialisme.
Argumen yang diajukan Karl Marx
terhadap tahap-tahap tersebut yang dilalui melalui revolusi sosial adalah :
1.
Berdasarkan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat, pilihan revolusi kaum
buruh merupakan kesimpulan yang tidak terelakkan (sosilisme ilmiah: tidak hanya
bersandar dan didorong oleh cita-cita moral, tetapi juga berdasarkan
pengetahuan ilmiah tentang hukum-hukum perkembangan masyarakat.
2.
Manusia tidak akan dapat mengembangkan dirinya secara utuh karena terpecah ke
dalam kelas-kelas sosial. Penyebab keterpecahan tersebut adalah sistem
struktur, bukan sekadar masalah kehendak buruk sekelompok orang yang membeku
dalam modal dengan hukum-hukum yang menguasainya. (sistem kapitalis).
3.
Bukan kesadaran sosial yang menentukan keadaan sosial, tapi sebaliknya. Adapun
factor determinannya adalah produksi, sebab keadaan ekonomi seseorang sangat
menentukan cara pandangnya terhadap persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut
Karl Marx, ada 2 (dua) tingkatan revolusi dalam masyarakat yang terdiri dari :
1.
Tingkatan peralihan, yaitu periode kediktatoran dari kaum proletar. Di masa ini
orang mengadakan perubahan yang revolusioner. Kelas - kelas di dalam masyarakat
hilang dengan sendirinya seiring dihilangkannya hak milik pribadi atas sarana
produksi, distribusi, dan pertukaran.
2.
Tingkat kedua adalah tingkat kelima atau tipe terakhir dari sistem produksi,
yaitu terciptanya "masyarakat tanpa kelas" atau komunisme murni.
Alat-alat produksi telah manjadi milik masyarakat, yaitu negara, di mana
sejarah umat manusia telah ditutup dengan suatu negara bahagia, sintesa dari
dua zaman sebelumnya yaitu sosilisme (tesa) dan kapitalisme (antitesa).
·
Wajah Baru
Marxisme
Semenjak kekuasaan Stalin, paham
sosialisme yang dikembangkan Marx secara perlahan meluber menjadi berbagai
paham dengan corak berbeda. Perpaduan pemikiran Marx-Engels-Lenin melebur
menajdi ‘Marxisme Leninisme’ atau yang sering disebut ‘Marxisme versi Stalin’.
Penafsiran ini diklaim oleh Stalin sebagai satu-satunya tafsiran resmi atas
pemikiran Marx yang paling benar dan tepat, yang harus diterima oleh seluruh
penganut Marxis dimanapun.
Secara singkat pemikiran Marx-Lenin
– sering disebut Doktrin Kremlin – telah meninterpretasikan pemikiran Marx
menjadi tiga bagian utama (Irmayani. 2003: 62). Yaitu; (1) filsafat
materialisme dialektik dan materialisme historis; (2) kritik terhadap ekonomi
politik kapitalisme; (3) sosialisme ilmiah sebagai doktrin politik komunisme
yang terdiri strategi dan taktik perjuangan revolusioner dan komunisme ilmiah.
Terlebih ketika Stalin menstabilkan ajaran Lenin – yang merupakan sosok
pemimpin negara sosialis pertama di dunia – menjadi Marxisme-Leninisme atau
Marxisme versi Stalin, menyebabkan sayap Marxis kehilangan sisi Marxisnya.
Seperti contoh SDP yang ada di Jerman. Terbelahnya paham sosialisme yang dibawa
Marx terjerumus kepada pilihan yang sulit dipilih oleh penganut setia Marx
sendiri. Pada satu sisi, jika mereka bergabung dengan SDP, tentu saja mustahil.
Mengingat SDP sudah tidak lagi berlandaskan pemahaman tentang Marx. Disisi
lain, jika bergabung dengan sayap Komunis, lebih menyesatkan lagi bagi penganut
setia Marx, karena sayap Komunis telah menghianati pesan Karl Marx. Pilihan
ketiga juga lebih radikal, yaitu golongan Fasisme yang jelas-jelas memsuhi
Marxis dan Komunis. Akhirnya jalan yang ditempuh adalah mebangun ‘rumah baru’
yang mereka sebut sebagai Neo-Marxisme.
Dalam sebuah studi, George Lukacs
(1885-1971) mencoba menggali lagi dimensi-dimensi kritis dialektika Marx
melalui dialektika Hegel dengan tujuan memberi pencerahan terhadap Marxisme.
Lukacs menemukan bahwa pesan inti dalam pemikiran Marx ialah: mengembalikan
manusia dari segala macam eksploitasi kapitalis yang telah mencabut aspek
objektif revolusionernya, dan yang membuatnya menjadi komoditi, kepada manusia
sebagai makhluk alamiah dan sosial serta produktif. Lukacs juga menerima
prinsip-prinsip sejarah Marx, jadi apa yang dikatakan Hegel bahwa hakekat
esensial manusia adalah terbuka dalam totalitas sejarah objektivitas dinamik
dari jiwa dunia. Dan setelah Lukacs mengujinya pada kesadaran kelas proletariat
dan filsafat fraxisnya Marx, ia menerima bahwa “manusia tidak hanya sebagai
penginterpretasi sejarah, melainkan juga pembuat sejarah”.
Teori-teori yang diformulasikan Marx
bersifat ilmiah. Hal ini karena ia mengemukakan syarat-syarat perkembangan
masyarakat yang melalui feodalisme dan kapitalisme ke dalam sosialisme –
sebagai tujuan terakhir dari rangkaian teas-antitesa-sintesa. Bagi Marx, tidak
sesuatu hal sekonyong-konyong terjadi. Semuanya pasti melalui proses. Dan
proses tersebut akan membawa kepada tujuan, ketika tiba waktunya.
2.2 Komunisme
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia,
selain kapitalisme dan ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi
terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu
pemilik dan mengesampingkan buruh.Istilah komunisme
sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang
digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari
pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”. Komunisme
atau communitas (latin) yang berarti kemasyarakatan adalah suatu bentuk
sistem masyarakat di mana sarana-sarana produksi dimiliki secara bersama.
Pembagian hasil produksi dilakukan sesuai kebutuhan seseorang. Sebagai
ideologi, komunisme muncul ketika revolusi Perancis, kemudian dengan ajaran
Kart Marx membawa pengaruh yang sangat besar sehingga disamakan dengan
komunisme.
Marx
banyak menerima pokok ajaran dari Feuerbach tanpa analisis yang menyeluruh hingga
dalam perkembangannya istilah komunisme kemudian dimonopoli oleh
partai/golongan komunis. Dalam
komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika
secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan
proletar, namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di
bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank.
Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh
Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi “tumpul” dan tidak lagi
diminati. Secara
umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika
dan Materialisme
Historis
oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama
dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip
bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang
membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).
2.3 Perebedaan
Sosialisme dan Komunisme
Sosialisme merupakan sebuah masyarakat yang langsung
timbul dari kapitalisme sebagai bentuk pertama dari masyarakat baru dan dalam
kerjanya tidak menerima bantuan dari kapitalisme, termasuk hal yang bersifat
sosial. Selain itu
sosalisme merupakan anti-tesis dari kapitalisme. Segala nilai, moral,
tata-berpikir, susunan kemasyarakatan dan cara kerja yang ada dibawah
kapitalisme mendapatkan lawannya di bawah sosialisme.
Sedangkan komunisme adalah masyarakat yang lebih
tinggi, di mana hanya dapat berkembang jika sosialisme mempunyai kedudukan yang
kuat. Apabila dalam masyarakat sosialis penghisapan manusia atas manusia
lainnya sudah berakhir, alat-alat produksi dimiliki sepenuhnya oleh kaum buruh,
serta setiap manusia memberi menurut kemampuaannya dan menerima sesuai dengan
bobot pekerjaannya sebagi wujud usahanya untuk menwujudkan masyarakat tanpa
kelas; tidak ada kelas yang menghisap dan dihisap. Sedangkan pada masyarakat
komunis, setia manusia memberi menurut kemampuannya dan menerima sesuai dengan
kebutuhannya. Jika komunisme mendewakan kepentingan pribadi,
maka sosialisme mendahulukan kepentingan orang
banyak.
Jika komunisme mengejar kekayaan perorangan, Sosialisme bekerja demi pemerataan
kesejahteraan. Jika komunisme mendewakan kepentingan pribadi,
maka Sosialisme mendahulukan kepentingan orang
banyak. Jika komunisme mengejar kekayaan perorangan, Sosialisme bekerja demi pemerataan
kesejahteraan.
2.4 Sejarah Dan Perkembangan Komunisme Di Indonesia
Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia sejalan tidak pernah terlepas
dari peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus
Franciscus Maria Sneevliet.Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja
disalah satu harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche Handelsbad sebagai
staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya,
Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebgai sekertaris di
salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang
merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg
Personnel (VSTP) Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP
merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuhkembangkan ideologi komunisme di
Indonesia.
Pada bulan Juli 1914 bersama personil personil yang tergabung dalam VSTP
seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu menjabat
sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik yang
bersifat radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat
Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord
(suara kebebasan) sebagai media propaganda untuk menyebarkan. Pada awalnya
Sneevliet di sewa oleh VSTP sebagai propagondis bayaran untuk menyeb arkan
ajaran yang dianut oleh buruh tersebut. Melalui kesempatan inilah Sneevliet
berkenalan dengan massa buruh sekaligus menyebarluaskan doktrin pertentangan
kelas yang dianut oleh ideologi komunisme.ISDV terbatas dikalangan orang orang
Belanda, maka organisasi ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi pergerakan
nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI). Setelah revolusi Rusia
meletus pada tahun 1917 dan dimenang kan oleh kekuatan komunis, watak gerakan
ISDV pun semakin radikal dan tak henti hentinya untuk menyeberluaskan ajaran komunismenya.
Para pemimpin ISDV semakin gencar untuk terus melakukan pendekatan diri terhadap para
pemimpin SI di Semarang. Disamping itu, Sneevliet dan kawan kawan juga
melakukan propaganda sampai ke lingkungan angkatan perang. Sneevliet terus melakukan ceramah
ceramah politk yang tujuannya adalah
menanamkan benih benih komunisme di lingkungan tersebut. Kegiatan
Sneevliet ini sepenuhnya dibantu oleh
Branstedder dan van Burink. Atas kerjasama bersama rekan rekannya Sneevliet akhirnya berhasil
menggagasi terbentuknya Raad van Matrozen en
Mariniers (Dewan Kelasi dan Marinir), suatu organisasi dilingkungan
militer yang bersifat radikal
revolusioner. Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di terbitkannya koran Soldaten en Mattrozekrant
(koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan
Usaha ISDV untuk mendatkan simpati rakyat tidak berhasil, karena rakyat
ISDV masih menjadi sebuah kesatuan
terhadap pemerintah kolonial Belanda.Sneevliet dan kawankawan sadar betul bahwa
untuk mendapatkan simpati rakyat, ISDV harus mampu berbaur bersama orang orang
pribumi dan mendekatkan diri dengan
kekuatan/pergerakan nasional yang sudah ada sebelumnya. Melalui organisasi
buruh yang ada di Semarang, ISDV melakukan pendekatan dengan Sarekat Islam yang
pada saat itu di pimpin oleh Oemar Said
Tjokroaminoto. Sneevliet kemudian memanfaatkan watak anti kolonialisme dan kapitalisme yang dianut
dalam SI untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda
2.4.1 Pergerakan
Komunisme Pada Masa PraKemerdekaan.
·
Pergolakan
PKI 1926/1927
Pergolakan yang dilakukan PKI pada tahun 1926 merupakan sebuah bukti bahwa
apa yang terjadi pada kongres tahun 1924
di kota gede Yogyakarta tidak mendapatkan
kesepakatan bersama dari pimpinan pimpinan PKI pada saat itu. Setelah
dilangsungkannya kongres di Yogyakarta tersebut, PKI memerintahkan untuk
mengadakan mogok besar besaran dikalangan para buruh. Hal ini sontak saja
membuat pemerintah Hindia Belanda berang melihat ulah PKI tersebut. Pemerintah
Hindia kemudian mengambil tindakan tegas
terhadap tokoh tokoh PKI dan semakin memperketat aktivitas mereka. Pada
tahun 1925 Darsono diusir keluar Indonesia,
Aliarcham dibuang ke Digul, sedangkan Alimin, Musso dan Tan Malaka terpaksa menyingkir ke luar
negeri.Sementara tokoh tokoh PKI yang
masih bebas seperti Budisutjitro,
Sugono, Suprodjo, dan lainnya mengadakan rapat di Prambanan untuk membicarakan
keberadaan PKI yang semakin mengancam keberadaannya karena aktivitasnya telah dibatasi oleh pemerintah
Hindia Belanda.
Pada bulan Januari 1926 ternyata beberapa tokoh PKI seperti Alimin, Sanusi,
Subakat, Winanta, Musso, Sugono dan Budisutjitro telah berkumpul di Singapura
untuk membicarakan keputusan Prambanan.
Kemudian mereka memutuskan Alimin untuk
menemui Tan Malaka dan membicarakan mengenai keputusan Prambanan
tersebut. Pada bulan Maret 1926, keputusan itu diterima oleh Tan Malaka dari
Alimin di Manila. Tan Malaka kemudian menilai bahwa keputusan tersebut terlalu
tergesagesa untuk dilakukan. Ia menilai bahwa pada saat itu PKI belum tepat
untuk melakukan pemberontakan, dengan alasan PKI belum solid dan basis massa
yang belum sepenuhnya sadar dan revolusioner. Kemudian Tan Malaka menjelaskan
bahwa keputusan itu tidak legitimate karena belum dibicarakan dalam Komintern.
Tan Malaka menjelaskan bahwa PKI merupakan salah satu anggota Komintern, jadi
setiap pergerakan yang akan dilakukan harus terlebih dahulu dibahs dalam Komintern. Pada kesempatan itu Tan
Malaka lima alasan sebagai nasehat politik, yaitu;
DAFTAR PUSTAKA
Andrain, Charles F.1992. Kehidupan
Politik dan Perubahan Social. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
\
Azhar, Muhammad. 1996. Filsafat
politik. Yogyakarta: PT. Grafindo Pers
Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar
Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rudy, May. 1992. Pengantar Ilmu
Politik. Bandung: PT. Rafika Aditama http://forum.detik.com/sosialisme-dan-komunisme-t62101.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar